Sumber Pangan Lokal Harus Dikembangkan Untuk Hadapi Krisis
Yayasan Kehati memandang, ke depan keberagaman pangan nasional seharusnya masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
"Pengembangan benih yang bersumber dari keanekaragaman hayati Indonesia dapat melahirkan petani muda serta melindungi hak-hak pelestari dan masyarakat hukum ada sebagai pengampu," pungkas Puji.
Kurangi Impor
Kepala Biotech Center Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mencatat
angka konsumsi pangan lokal dari gandum di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut data yang dimiliki Andreas, konsumsi gandum di masyarakat mencapai
26 persen dan tahun ini lebih dari 27 persen.
Membesarnya tingkat konsumsi gandum ini, kata dia, disebabkan beberapa hal.
Pertama karena harganya murah sebelum konflik Ukraina dan Rusia meletus, harga
tepung gandum berada di kisaran antara Rp8.500 - Rp9.000.
Sementara tepung sorgum dan tapioka berkisar di antara Rp16.000 - Rp30.000 per
kilogram. Bahkan jika dibandingkan dengan beras kualitas medium, masih lebih murah.
"Lebih rendah dibanding beras medium yang harganya Rp10.400," ujar Dwi Andreas.
Faktor kedua adalah sesuai dengan selera orang Indonesia.
"Gandum ini mengubah selera dan pola makan. Itu dilakukan industri gandum puluhan tahun dengan mengeluarkan dana ratusan triliun. Anak sekarang disuruh makan pecel yang
merupakan pangan lokal kita mau tidak? Tidak kan. Tapi kalau ditawari pizza, pasti
langsung mau," sambungnya.
Ketiga, tidak adanya diversifikasi pangan, sejak kebijakan menjadikan beras sebagai
makanan pokok nasional di masa pemerintahan Orde Baru, konsumsi bahan pangan
lokal seperti sagu, jagung, dan sorgum menurun.
Namun belakangan, konsumsi beras nasional juga mulai turun dan telah tergeser oleh gandum.
"Pertumbuhan konsumsi pangan dari gandum di Indonesia tiap tahun naik 16,5 persen
bisa dibayangkan?" ujarnya.
Andreas mengatakan satu-satunya jalan mengurangi ketergantungan impor pangan
dengan melaksanakan kebijakan diversifikasi pangan secara sungguh-sungguh.
(Reynas)