Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga

Harga minyak mentah berjangka Brent naik 56 sen atau 0,6 persen, menjadi 91,40 dolar AS per barel pada pukul 06:10 GMT.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga
Caspian News
Ilustrasi minyak mentah. Harga minyak naik tipis pada perdagangan hari ini, Jumat (16/9/2022). Namun harga minyak masih berada di jalur penurunan mingguan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga yang dapat mempengaruhi permintaan bahan bakar. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak naik tipis pada perdagangan hari ini, Jumat (16/9/2022).

Namun harga minyak masih berada di jalur penurunan mingguan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga yang dapat mempengaruhi permintaan bahan bakar.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik 56 sen atau 0,6 persen, menjadi 91,40 dolar AS per barel pada pukul 06:10 GMT. Harga Brent telah jatuh sebanyak 1,5 persen sejauh pekan ini.

Baca juga: Harga Minyak Anjlok karena Kekhawatiran Penurunan Permintaan dan Penguatan Dolar AS




Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 42 sen atau 0,5 persen menjadi 85,52 dolar AS per barel, namun turun 1,4 persen pada basis mingguan.

"Rebound pagi hari ini untuk harga minyak hanya dapat digambarkan sebagai koreksi jangka pendek, karena The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 bp atau 100 bp minggu depan," kata seorang analis di CMC Markets, Leon Li.

Ekspektasi kenaikan suku bunga telah memicu ketidakpastian pada sentimen pasar bahan bakar, sehingga ada risiko minyak diperdagangkan lebih rendah pada pekan depan, tambah Li.

"Meskipun kemungkinan kenaikan suku bunga 100 bp relatif kecil, itu akan membawa ketidakpastian pada sentimen pasar. Jadi masih ada risiko harga minyak bisa turun lebih rendah minggu depan," ujar Li.

BERITA TERKAIT

Brent dan WTI menuju ke kerugian mingguan ketiga berturut-turut, yang sebagian besar disebabkan oleh penguatan dolar AS, yang membuat harga minyak lebih mahal bagi konsumen yang menggunakan mata uang lainnya. Indeks dolar AS turun hari ini, namun bertahan di dekat rekor tertinggi minggu lalu di atas 110.

Investor sedang bersiap untuk kenaikan suku bunga AS pekan depan setelah dirilisnya data inflasi bulan Agustus, yang meningkatkan kekhawatiran resesi global.

Pasar bahan bakar juga terguncang oleh prospek Badan Energi Internasional yang memperkirakan nol pertumbuhan permintaan minyak pada kuartal keempat tahun ini, karena adanya proyeksi permintaan bahan bakar yang lemah dari China.

"Fundamental minyak sebagian besar masih bearish karena prospek permintaan China tetap menjadi tanda tanya besar dan karena inflasi yang melawan Fed tampaknya siap untuk melemahkan ekonomi AS," kata analis di OANDA, Edward Moya.

Baca juga: Harga Minyak Kembali Naik di Tengah Kekhawatiran Ketatnya Pasokan

Di sisi pasokan, pasar bahan bakar telah melihat dukungan untuk ekspektasi kembalinya minyak mentah Iran telah bekrurang, karena pihak Barat mengecilkan prospek untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran.

Analis di Commonwealth Bank, Vivek Dhar mengatakan hal tersebut dapat mendukung pandangan bahwa pasokan minyak di pasar bahan bakar akan mengetat pada akhir tahun ini, dan Brent akan kembali ke 100 dolar AS per barel pada kuartal keempat tahun 2022.

Harga minyak juga dapat meningkat pada kuartal keempat tahun ini, karena anggota OPEC+ kemungkinan akan membahas pengurangan produksi pada pertemuan Oktober mendatang, kata Li.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas