Imbas Kenaikan Suku Bunga, Bank Dunia: Sinyal Resesi Global di 2023 Makin Terlihat Jelas
Pernyataan ini dilontarkan setelah suku bunga semakin ditarik ke level tertinggi, untuk menyeimbangkan lonjakan biaya
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank dunia memprediksi resesi global akan terjadi di 2023, sinyal ini diserukan setelah tiga negara besar didunia dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga level tinggi untuk memerangi inflasi.
Meski pengetatan moneter yang dilakukan tiga ekonomi terbesar dunia seperti Amerika Serikat, Cina, dan Eropa diklaim dapat menurunkan laju inflasi, namun perlahan sikap agresif ini telah membuat selera beli dan kepercayaan masyarakat menurun lebih tajam melebihi resesi global pada 1970.
Kondisi ini apabila terus terjadi dalam kurun waktu yang lama, dikhawatirkan dapat memicu perlambatan ekonomi dunia dan berimbas pada kehancuran pasar negara berkembang.
Baca juga: Negara Miskin di Eropa Ini Semakin Terjepit Resesi, Inflasi Lebihi 30 Persen
Pernyataan ini dilontarkan setelah suku bunga semakin ditarik ke level tertinggi, untuk menyeimbangkan lonjakan biaya pada pasokan energi dan pangan.
“Kenaikan suku bunga yang sedang berlangsung secara global akan berlanjut hingga tahun depan, Kecuali jika gangguan pasokan dan tekanan pasar tenaga kerja mereda,” jelas Presiden Bank Dunia, David Malpass, dikutip dari Reuters.
Menurut Maplass untuk mendorong inflasi lebih rendah, bank sentral perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase, di atas kenaikan rata-rata pada 2021 silam.
Akan tetapi keputusan tersebut tidak dapat diambil lantaran pasar keuangan di berbagai dunia saat ini tengah mengalami tekanan.
Apabila kenaikan 2 poin tersebut diambil maka pertumbuhan produk domestik bruto global akan melambat dan berkontraksi 0,4 persen per kapita.
Baca juga: Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level 94,84 Dolar AS Per Barel
"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan kemungkinan perlambatan lebih lanjut karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," kata Maplass.
Pernyataan serupa juga dilontarkan oleh Wakil presiden Bank Dunia Ayhan Kose, pihaknya mengatakan bahwa pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini secara efektif dapat memangkas inflasi, akan tetapi tindakan ini berpotensi memperlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Untuk itu sebelum suku bunga acuan kembali dikerek naik, Kose menyarankan agar bank sentral dari berbagai negara untuk menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel, dengan membantu masyarakat dalam mengurangi daya konsumsi dan meningkatkan jumlah produksi, termasuk upaya untuk menghasilkan investasi tambahan.