Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Teknologi Ecolab Mampu Hemat 2.4 Juta Dolar AS di Pembangkit Geothermal Berkapasitas 85 MW

Tenaga panas bumi akan memainkan peran penting sebagai sumber energi masa depan dan bersifat terbarukan di tengah melonjaknya

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Teknologi Ecolab Mampu Hemat 2.4 Juta Dolar AS di Pembangkit Geothermal Berkapasitas 85 MW
(KOMPAS / AGUS SUSANTO)
Ilustrasi Gas buang keluar dari pipa panas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng. 

Tomy Suryatama, Marketing Director Nalco Water Heavy Industry dalam wawancara dengan Tribunnews baru-baru ini menjelaskan, perusahaannya terlibat di proyek awal geothermal dan di tahun tahun terakhir ini perusahaannya makin aktif seiring dengan percepatan pembangunan proyek geothermal di sejumlah daerah di Indonesia.

"Saat ini ada keterlibatan kita di hampir semua geothermal plant di Indonesia," ujar Tommy.

Yang menarik, karakter proyek geothermal di Indonesia cukup berbeda jika dibandingkan dengan proyek geothermal di negara lain. Karenanya, solusi-solusi yang ditawarkan perusahaannya menjadi agak berbeda jika dibandingkan dengan solusi yang diberikan kepada klien peruahaaan geothermal yang beroperasi di negara lain.

"Energi geothermal di setiap lapangan kondisinya unik. Kita tak bisa mengatur. Indonesia punya tesources paling banyak dan pertumbuhan adopsinya paling cepat. Banyak sekali solusi-solusi yang dikenbangkan oleh putra-putri Indonesia. Kita sejak lama juga sudah melakukan local production karena availability-nya penting untuk support pengembangan geothermal di Indonesia," beber Tomy.

Dia menjelaskan, solusi yang ditawarkan selama ini mencakup proses utility sampai emission-nya.

Tomy menyebutkan, perusahaannya terlibat di proyek geothermal di Indonesia sejak tahun 2000an.

"Karena kita perusahaan chemical, kita banyak membantu dari sisi konsultasi untuk desain yang secara biaya lebih rendah dan bisa menjual energinya dengan harga yang kompetitif di renewable energy," sebutnya.

BERITA REKOMENDASI

Dia menambahkan, saat ini terjadi perubahan tren geothermal. "Dulu penggunaan energi panas bumi nggak banyak dipakai, sekarang semua digunakan. Tapi renewable energy tetap harus affordable. Availabilty-nya juga harus tinggi," ungkapnya.

Baca juga: PT Geo Dipa Beri Keterangan Resmi Terkait Kecelakaan di PLTP Dieng, Tercatat Ada 7 Korban

"Tantangan bisnis energi geothermal adalah bagaimana bisa menjual energi tetap terjangkau alias affordable agar bisa bersaing dengan renewable lain bahkan dengan energi fosil," imbuhnya.

Karena turut menawarkan solusi desain proyek geothermal ke klien-kliennya, Tomy menyebutkan desain plant geothermal di setiap lokasi akan selalu berbeda bergantung pada hasil eksplorasi yang dilakukan. "Itu salah satu penyebab yang membuat pengembangan geothermal menjadi agak lama," kata dia.

Perlu Fokus ke Geothermal

Tomy menekankan, Indonesia saat ini dan di masa datang seharusnya fokus ke pengembangan energi geothermal untuk mengembangkan renewable energy karena Indonesia punya resources terbesar saat ini di dunia.

"Biaya termahal dalam pengembangan geothermal adalah di eksplorasi karena biayanya
antara 6 sampai 11 juta USD per satu sumur dengan risiko ketidakpastian yang tinggi," ujarnya.

Dalam hal ini, Ecolab berperan membantu menarik panas sebanyak mungkin dari sumur yang sama dan menurunkan biaya capex serta biaya operasional yang lebih rendah sehingga harga jual energi juga bisa lebih murah.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas