Pengamat Sebut Rupiah pada Pekan Depan Masih Berada di Atas Rp 15.000 Terhadap Dolar AS
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah terdampak sentimen The Fed yang menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
![Pengamat Sebut Rupiah pada Pekan Depan Masih Berada di Atas Rp 15.000 Terhadap Dolar AS](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ilustrasi-rupiah-hari-ini-23235435.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/9/2022) besok berpotensi mengalami pelemahan.
Fluktuasi mata uang Garuda masih terpengaruh sejumlah sentimen eksternal maupun internal.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah terdampak sentimen The Fed yang menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi di AS.
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Mampu Kerek Rupiah, Posisi Akhir Pekan Rp 15.037 per dolar AS
Bank Sentral AS tersebut pada hari Rabu (21/9/2022) menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan mengisyaratkan bahwa suku bunganya akan naik lebih tinggi dan tetap tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar sebelumnya.
Pelemahan rupiah sebenarnya telah terjadi sejak beberapa hari yang lalu.
"Pada akhir pekan (23/9) mata uang rupiah ditutup melemah 14 point walaupun sebelumnya sempat melemah 15 point dilevel Rp15.037 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.203," ucap Ibrahim dalam keterangannya kepada Tribunnews dikutip Minggu (25/9/2022).
"Sedangkan untuk perdagangan senen depan (26/9), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.020 hingga Rp15.070," sambungnya.
Sebagai tambahan informasi, setiap kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat, alias the Fed, menimbulkan sentimen terhadap pasar saham, obligasi, transaksi komoditas, hingga perekonomian global.
Ada sejumlah hal yang membuat kebijakan the Fed sangat mempengaruhi perekonomian di dunia.
Alasan yang pertama, The Fed merupakan bank sentral dari negara pusat perekonomian dunia. Sehingga kebijakan The Fed menjadi acuan bagi bank sentral negara lain untuk menetapkan kebijakan.
Oleh sebab itu, sangatlah wajar jika kebijakan The Fed juga mempengaruhi kondisi pasar, baik domestik maupun internasional.
Salah satunya adalah kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga, sebagai respon untuk menekan laju inflasi yang tinggi di Amerika Serikat.
Baca juga: Rupiah Berpeluang di Bawah Rp 15.000 Per Dolar AS Pasca Kenaikan Suku Bunga BI
Kemudian yang kedua, sentimen kebijakan The Fed sangat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain.
Jika nilai tukar dolar AS tak terkendali, dampaknya juga akan dirasakan di perdagangan internasional. Mulai dari pasar saham hingga transaksi komoditas.
Sebagaimana diketahui, kegiatan perekonomian global saat ini menggunakan dolar AS sebagai alat tukar resmi.
Ditambah, hampir semua negara di dunia menjadikan dolar sebagai cadangan devisanya.