Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rupiah Diramal Pelan-pelan Melemah ke Rp 16.000 Per Dolar AS

Pelemahan rupiah terhadap dolar AS hingga ke level Rp 15.200-an lebih karena faktor ekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed. 

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Rupiah Diramal Pelan-pelan Melemah ke Rp 16.000 Per Dolar AS
Kontan/Fransiskus Simbolon
Petugas menghitung uang rupiah di money changer Ayu Masagung, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Pelemahan rupiah terhadap dolar AS hingga ke level Rp 15.200-an lebih karena faktor ekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed.  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga ke level Rp 15.200-an lebih karena faktor ekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed. 

The Fed diperkirakan akan menaikan suku bunga acuannya lagi tahun ini hingga menjadi 4,4 persen, sementara suku bunga acuan Bank Indonesia sangat dekat di 4,25 persen. 

"Jadi, mungkin ada penyesuaian portofolio, sehingga terjadi pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Dengan situasi sekarang, terutama faktor The Fed, peluang pelemahan untuk rupiah masih terbuka, dengan resisten terdekat di Rp 15.500, dan selanjutnya Rp 16.000," ujarnya melalui pesan singkat Tribunnews.com, Rabu (28/9/2022). 

Ariston menjelaskan, volatilitas rupiah terhadap mata uang Greenback yang tinggi bisa mengganggu bisnis karena pebisnis belum melakukan antisipasi. 

Sementara dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini, tentu sektor bisnis yang memerlukan bahan baku impor bakal kelimpungan. 

"Sebab, harga meninggi, sementara harga di tingkat konsumen tidak bisa langsung dinaikkan," katanya. 

Baca juga: Rupiah Pagi Ini Juga Dibuka Melemah ke Rp 15.165 Per Dolar AS

Berita Rekomendasi

Dengan demikian, dia mengungkapkan margin dari perusahaan dengan bahan baku impor bisa menipis karena jika harga dinaikkan, pembeli bisa mengurangi konsumsi. 

"Konsumsi melambat, ekonomi bisa melambat juga. Lalu, suku bunga tinggi juga bisa menekan konsumsi untuk sementara," pungkasnya 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas