Imbas Pelemahan Pasar, OPEC+ Berencana Pangkas Produksi Minyak Lebih dari 1 Juta Barel Per Hari
Pemangkasan produksi minyak bertujuan untuk mengatasi lemahnya pasar minyak, di tengah perlambatan ekonomi global akibat pengetatan kebijakan moneter.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, DUBAI – Organisasi Negara‑negara Pengekspor Minyak atau OPEC+ tengah mempertimbangkan rencana pemangkasan produksi minyak lebih dari satu juta barel per hari (bph), mulai Rabu (5/10/2022).
Langkah ini diambil dengan tujuan untuk mengatasi lemahnya pasar minyak, di tengah perlambatan ekonomi global akibat pengetatan kebijakan moneter.
Meski belum disahkan namun apabila semua anggota OPEC+ menyetujui rencana pemangkasan produksi maka ini jadi yang terbesar sejak masa pandemi Covid-19, tepatnya pada 2020.
Baca juga: Produksi OPEC+ Akan Dipangkas Pekan Ini, Harga Minyak Dunia Bakal Melesat Lagi
"Keputusan akhir tentang ukuran pemotongan akan dibuat sampai para menteri bertemu," kata seorang delegasi pertemuan, Minggu (2/10/2022).
Kebijakan The Fed yang menarik suku bunga ke level tertinggi, mendorong amblasnya volatilitas pasar hingga membuat para produsen utama OPEC+ seperti Arab Saudi dan Rusia, terpaksa memangkas produksi minyak guna mengurangi dampak kerugian .
Meski AS selaku konsumen utama terus melontarkan tekanan bagi para anggota OPEC+ untuk meningkatkan produksi, namun hal tersebut tak lantas membuat keputusan kelompok pengekspor minyak ini goyah.
Justru para anggota OPEC+ terus menolak rencana kenaikan produksi, selama harga minyak masih dalam tekanan bearish.
Tercatat pada perdagangan Senin (3/10/2022) harga minyak mentah Brent berada di level 87,96 dolar AS per barel, anjlok dari harga sebelumnya yang dipatok di kisaran 125 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Terkoreksi di Tengah Penguatan Dolar AS
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di kisaran 82,09 dolar AS per barel, melesat jauh apabila dibandingkan dengan harga di awal tahun dimana saat itu minyak WTI dibanderol 120 dolar A per barel.
“Harga minyak anjlok di bawah 90 dolar AS, tidak dapat dinegosiasikan untuk kepemimpinan OPEC+, oleh karena itu mereka akan bertindak untuk menjaga harga dasar ini,” kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM, seperti dikutip Reuters.
Sejumlah bank, termasuk JPMorgan Chase & Co menilai OPEC+ perlu menurunkan produksi setidaknya 500.000 barel per hari untuk menstabilkan harga ke posisi sebelumnya.
Sebagai informasi, pemangkasan ini bukanlah kali pertama yang dilakukan OPEC+, pada Agustus para produsen minyak diketahui telah mengurangi produksi sebesar 100.000 bph.
Pemangkasan ini akan membuat target produksi OPEC+ meleset, dari yang awalnya dipatok hampir 3 juta barel per hari pada Juli lalu.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Mengalami Tren Penurunan, Pengamat Ungkap Kemungkinan Harga Pertalite Ikut Turun
Namun karena adanya sanksi terhadap beberapa anggota OPEC+ serta rendahnya biaya investasi, menghalangi kemampuannya OPEC+ untuk meningkatkan jumlah produksinya.