8 Dampak Resesi: PHK Massal, Biaya Hidup Meningkat, hingga Isu Kesehatan Mental
8 dampak resesi: PHK massal, biaya hidup meningkat, hingga maraknya isu kesehatan mental. Resesi dapat memberi dampak ekonomi, sosial, psikologi.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Inilah dampak resesi.
Menurut KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang atau ekonomi.
Dampak resesi yang paling umum adalah meningkatnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Hal itu dapat menyebabkan jumlah pengangguran juga meningkat.
Selain itu, dampak resesi dapat mempengaruhi banyak aspek, termasuk sosial dan psikologi.
Selengkapnya, simak dampak resesi di bawah ini.
Baca juga: Pelaku Usaha Industri Asuransi Sebut Indonesia Mampu Bertahan Jika Ekonomi Global Mengalami Resesi
Dampak Resesi:
Banyak dampak resesi menyentuh perusahaan besar dan kecil di sejumlah negara.
Berikut ini beberapa dampak paling umum dalam resesi, dikutip dari Investopedia dan Forbes.
1. Penjualan merosot
Dalam resesi, pesanan dalam bisnis lambat mengalir.
Selama kontraksi ekonomi, permintaan agregat menurun, yang berarti penurunan penjualan untuk sebagian besar bisnis.
Industri siklis termasuk manufaktur dan energi cenderung mengalami penurunan yang sangat tajam.
Produsen mungkin menghadapi persediaan yang membengkak, memaksa mereka untuk memperlambat produksi sampai permintaan pulih.
Memburuknya permintaan konsumen menurunkan ekspektasi pengembalian investasi.
Semua itu dapat menyebabkan penurunan pendapatan termasuk perusahaan media apakah mereka menerbitkan, menyiarkan, atau menjual iklan secara online.
Baca juga: 3 Industri yang Diprediksi Stabil di Tengah Resesi Ekonomi, Salah Satunya Ekspedisi Pengiriman
2. Penurunan kredit dan kepailitan
Ketika dihadapkan dengan penurunan dan durasi yang tidak pasti, pemberi pinjaman menjadi lebih selektif terhadap risiko yang akan dihadapi selama resesi.
Resesi dapat membengkakkan piutang perusahaan karena masalah likuiditas berdampak pada konsumen.
Pelanggan yang berutang pada perusahaan mungkin lebih lambat melakukan pembayaran atau gagal melakukannya sama sekali.
3. PHK karyawan dan pengurangan tunjangan
Bisnis besar dan kecil dapat melakukan PHK untuk memotong biaya.
Terutama, jika mereka membutuhkan lebih sedikit pekerja untuk memenuhi permintaan yang berkurang dari produk dan layanan mereka.
Produktivitas per karyawan dapat meningkat, namun semangat kerja mungkin menurun karena beban kerja meningkat.
Sementara kenaikan gaji lambat atau berhenti di tengah risiko PHK.
Namun, dalam resesi yang berkepanjangan, pekerja dan manajemen perusahaan dapat mempertahankan eksistensi dengan pengurangan upah dan tunjangan.
Jika perusahaan adalah produsen, mungkin terpaksa menutup pabrik dan menghentikan pekerja yang berkinerja buruk.
Sehingga, hal ini memungkinkan terjadinya PHK massal.
4. Kesulitan mencari pekerjaan
Selama resesi, tren mencari kerja akan meningkat.
Orang-orang yang sedang mencari pekerjaan mungkin akan berhadapan dengan persaingan yang lebih ketat.
Selain itu, mereka juga diuji untuk menemukan pekerjaan baru dan membutuhkan waktu yang jauh lebih lama.
Baca juga: Jadi Alarm Datangnya Resesi, Lenbaga Riset Ingatkan Perlambatan Ekonomi Global Sentuh 98 Persen
5. Biaya hidup meningkat
Ketika inflasi berkontribusi pada resesi, kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan, bensin, dan pakaian lebih mahal daripada sebelumnya.
Harga yang lebih tinggi membuat semua orang lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan.
Sehingga individu sering beralih ke anggaran yang ketat dan pemotongan pengeluaran.
6. Penurunan belanja Konsumen
Konsumen adalah elemen penting dalam sebuah bisnis.
Selama resesi, penjualan ritel umumnya menurun karena orang memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.
Ketika penjualan ritel menurun, dampaknya terhadap ekonomi bisa sangat besar.
Bisnis mungkin harus memberhentikan pekerja untuk mengurangi biaya, dan beberapa bisnis mungkin tutup.
7. Meningkatkan jumlah orang depresi
Menurut hasil penelitian, yang diterbitkan dalam Clinical Psychological Science, sebuah jurnal dari Association for Psychological Science, mengungkapkan penurunan kesehatan mental dapat terjadi karena dampak resesi, dikutip dari laman Science Daily.
Orang-orang yang menderita kesulitan keuangan, terkait perumahan, atau terkait pekerjaan sebagai akibat dari Resesi Hebat lebih cenderung menunjukkan peningkatan gejala depresi, kecemasan, gangguan panik dan penggunaan narkoba.
8. Meningkatnya jumlah kemiskinan
Resesi dapat berdampak pada segala aspek kehidupan, termasuk aspek sosial.
Dalam sebuah penelitian berjudul The potential effects of the recession on the risk of poverty, disebutkan adanya pengaruh resesi terhadap jumlah kemiskinan di sejumlah negara.
Penelitian pada resesi tahun 2009 itu menunjukkan meningkantnya jumlah populasi orang Eropa yang tinggal di rumah tanpa pekerjaan, sehingga menurunkan pendapatan keluarga.
Peningkatan kemiskinan ini dapat dibarengi dengan peningkatan jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan yang rendah.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Dampak Resesi