Cegah Kegagalan, Pelaku Usaha Rintisan Diminta Bergerak Mengikuti Dinamika Global
Potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai US$ 146 miliar.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan mayoritas kegagalan usaha rintisan, akibat tidak mampu menjawab kebutuhan pasar dan seolah kehabisan nafas karena kalah berkompetisi.
Menyikapi hal itu, praktisi ekonomi digital yang merintis Venturra Capital di bawah bendera Lippo Group, John Riady menyampaikan, hal paling relevan saat ini adalah para pelaku usaha rintisan harus bergerak mengikuti dinamika global, dan nasional yang kini dilanda krisis pangan, energi, kesehatan, serta finansial.
Karena itu, kata John, arahan Jokowi terkait usaha rintisan sangat relevan sekaligus kontekstual.
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut 80-90 Persen Startup Gagal Saat Merintis
“Bapak Presiden semakin memperjelas dan mempertegas strategi pengembangan ekonomi digital yang bakal ditempuh,” ungkap John yang dikutip dari Kontan, Rabu (5/10/2022).
John menyatakan pemanfaatan potensi ekonomi digital yang disampaikan Presiden Jokowi memang relevan dan kontekstual dengan visi pengembangan usaha rintisan, serta berdampak nyata di tengah banyaknya usaha rintisan yang berguguran.
Sebelumnya Jokowi menyebutkan bahwa potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai US$ 146 miliar dan kontribusi ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan naik delapan kali pada tahun 2030, yaitu sebesar Rp 4.531 triliun.
Selain itu, seluruh sektor digital juga mengalami pertumbuhan dua digit pada tahun 2021.
“Berbagai inisiatif keuangan digital didorong oleh penguatan karakter untuk berubah, berani, dan mengkreasikan hal-hal baru. Ini memotivasi kita menjadi pemain digital di negara sendiri dan pemain utama di pasar global untuk pemulihan ekonomi nasional," kata John.
John yang juga dikenal sebagai praktisi industri kesehatan melalui PT Siloam International Hospital Tbk (SILO), menilai arahan Presiden Jokowi terkait usaha rintisan itu adalah tepat sasaran.
“Apa yang diungkapkan Presiden merupakan visi yang bakal menyelamatkan investasi digital hingga upaya pengembangan usaha rintisan agar berdampak secara riil. Sebab semakin ke sini, ada fenomena besar terkait bergugurannya usaha teknologi digital. Sebaliknya, digitalisasi ekonomi ke depan masih merupakan keniscayaan,” jelas John.
Di lain sisi, berkaca dari upaya Lippo Group di sektor ekonomi digital melalui lengan investasi Venturra Capital, John menilai ada banyak kesamaan strategi sebagaimana diharapkan Presiden Jokowi.
Investasi yang digelontorkan Lippo Group selama ini, tegasnya, selalu mengacu kepada prinsip solutif dan inspiratif.
“Artinya, usaha rintisan yang dibekali permodalan oleh Venturra Capital itu harus benar-benar membawa solusi bagi kebutuhan masyarakat. Tidak hanya itu, kami juga menilai sang pendiri usaha rintisan secara objektif, mereka yang memiliki inspirasi mengatasi problem masyarakat, itulah yang sejalan dengan kami,” kata John.
Baca juga: Shopee PHK Karyawan, Musim Dingin Industri Startup Masih Akan Berlanjut
Sementara itu, sejak berdiri tujuh tahun lalu Venturra Capital telah berinvestasi di beberapa perusahaan teknologi seperti Ruangguru, OVO, Zilingo, Luno, Shopback, Kaodim, Sociolla, Bride Story, Fabelio, TADA, hingga unicorn Grab.
John mengatakan, dalam praktiknya, Venturra Capital tidak hanya fokus melakukan pendanaan terhadap startup dalam negeri saja, tapi juga mancanegara. Salah satu perusahaan rintisan teknologi yang ikut disokong Lippo adalah Prenetics yang berbasis di Hong Kong.
Perusahaan yang berdiri sejak 2007 tersebut bergerak di bidang laboratorium kesehatan dan beroperasi di 10 negara.
Di sisi lain terkait pengembangan ekonomi digital pada sektor kesehatan, John mengungkapkan keresahan Presiden Jokowi adalah lumrah. Sebab, berkah kemajuan teknologi digital selayaknya bisa meningkatkan taraf kesejahteraan sekaligus kemajuan bagi masyarakat.
“Dan sektor kesehatan merupakan hal vital meraih cita-cita tersebut,” kata John. (Noverius Laoli/Kontan)