Tanggung Jawab Sosial, Pertamina EP Berdayakan Petani dan Usaha Kecil
Pertamina EP Zona 7 Subang Field, bagian dari Subholding Upstream Pertamina Regional Jawa melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina EP Zona 7 Subang Field, bagian dari Subholding Upstream Pertamina Regional Jawa melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Hal itu dibuktikan lewat upaya perusahaan memberdayakan para petani dan usaha kecil melalui program Pemanfaatan Serat Daun Nanas (Pesona) di Kabupaten Subang dan Jerih Kerja Karawang Semangat Petani Sehat Ketahanan Pangan Meningkat (Jejak Setapak) di Kabupaten Karawang.
Senior Manager PEP Subang Field Ndirga Andri Sisworo mengatakan kedua program tersebut kontribusi perusahaan dalam menjaga kondisi pertanian masyarakat agar tetap lestari.
Baca juga: Bos Pertamina Nicke Widyawati Masuk 50 Perempuan Berpengaruh di Dunia, Ini Profil Singkatnya
Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk menjalankan bisnis migas berkelanjutan yang berlandaskan prinsip Environmental, Social and Governance (ESG), dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah daerah operasi perusahaan.
“Kami berupaya memperbaiki struktur kesehatan tanah sawah melalui pertanian organik, kami mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 15 terkait ekosistem darat dan SDGs 2 dalam mewujudkan kondisi tanpa kelaparan dalam penetapan kawasan pertanian berkelanjutan di tengah berkurangnya lahan sawah setiap tahun," kata Ndirga dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (8/10/2022).
Ndirga berharap para petani dapat meningkatkan pemahaman, kesadaran akan pemanfaatan limbah daun nanas, keterampilan mengolah dan pemanfaatannya.
Dia menjelaskan, pengembangan program Pesona dilatar belakangi oleh Subang sebagai daerah penghasil nanas terbesar di Jawa Barat.
Baca juga: Ini Cara Pertamina EP Tanjung Field Tingkatkan Pendapatan Warga Desa di Tabalong
Ternyata dibalik keuntungan besar dari penjualan buah nanas, terdapat masalah limbah yang masif dalam pertanian nanas.
Limbah daun nanas menjadi masalah lingkungan yang belum mendapatkan solusi yang efektif hingga saat ini.
“Kami bersama mitra binaan di sana memanfaatkan limbah daun nanas sebagai bahan serat alam berkualitas. Serat daun nanas sangat baik sebagai bahan tekstil ramah lingkungan (green textilles), bisa jadi komposit pengganti fiberglas, serta sebagai bahan baku kertas,” ujarnya.
Pada tahun pertama, lanjut Ndirga, PEP Subang Field bersama mitra binaan melakukan optimalisasi produksi.
PEP Subang Field pun memberikan bantuan mesin dekortikator untuk produksi pengolahan daun nanas menjadi serat dan beberapa alat tenun.
“Kami pun memberikan pelatihan pengolahan dan pembentukan kelompok selain pembentukan koperasi bank daun nanas,” ujarnya.
Tahun ini, sesuai dengan peta jalan program PESONA Subang, memasuki fase peningkatan kapasitas masyarakat.
Sementara itu, PEP Subang Field telah mengembangkan program Jejak Setapak yang sebelumnya dilakukan secara terpisah oleh mitra binaan di sektor pertanian dan akuaponik, kini sudah terintegrasi melalui Koperasi Paguyuban Saripati Tani.
Ndirga menyebutkan latar belakang program Jejak Setapak adalah realita Karawang sebagai lumbung padi nasional terancam akibat luas lahan yang menurun setiap tahun.
Selain itu ada ancaman kerusakan lahan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida.
Mengutip data Food and Agricultural Organization (FAO), 69 persen tanah pertanian di Indonesia dikategorikan sudah rusak parah.
“Kami juga melihat urgensi regenerasi petani, apalagi menurut data Kementerian Pertanian, petani muda Indonesia hanya 8 persen dari total petani yang mencapai 33,4 juta orang,” katanya.
Sekretaris Koperasi Sari Pati Tani Hendra Wijaya mengatakan Jejak Setapak saat ini fokus pada pemberdayaan pada tiga sektor, yaitu pertanian organik, akuaponik, dan UKM yang melibatkan ibu-ibu.
"Ada 37 orang yang tergabung dalam Paguyuban Saripati Tani, 9 pemuda di akuaponik, dan 10 ibu-ibu yang mengelola usaha kuliner memanfaatkan produk beras dari pertanian organik yang dikembangkan Jejak Setapak,” katanya.
Hendra menambahkan, omzet petani dalam program Jejak Setapak mencapai Rp240 juta per panen sedangkan omzet pemuda yang mengelola akuaponik sebesar Rp5,9 juta per bulan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.