Kisah I Gede Rediawan Menyulap Limbah Kaca Bekas Jadi Kerajinan Kaca Tiup Beromzet Ratusan Juta
Ide bisnis kaca tiup ini didapat Rediawan dari perkenalannya dengan seorang Warga Negara Jepang.
Penulis: Dodi Esvandi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Setelah dibersihkan, limbah kaca itu kemudian dilebur pada suhu 1.600 derajat celcius.
Setelah mencapai titik lebur, kaca itu kemudian mulai diproses menjadi berbagai bentuk barang kerajinan dengan cara ditiup.
Segumpal cairan kaca diambil kemudian dimasukkan ke dalam alat yang biasa disebut “mal” sambil ditiup dan diputar-putar.
Setelah terbentuk benda yang diinginkan kemudian dimasukkan kembali ke dalam oven pendingin hingga semalaman.
Beda kaca tiup yang dibuat Rediawan adalah ada tambahan wadah kayu di bawahnya.
Wadah kayu itu menjadi alas, sementara bentuk kacanya menyesuaikan dengan wadah kayu tersebut.
Sama seperti kacanya, kayu yang menjadi alas itu juga merupakan barang bekas alias limbah kayu.
Bermodalkan Rp50 juta pinjaman dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM), usaha kaca tiup milik Rediawan kini mampu meraih omzet ratusan juta per bulannya.
Aneka produk kerajinan kaca tiup itu juga sudah diekspor ke berbagai negara.
Berbagai produk kaca tiup itu dijual dengan harga paling murah Rp50 ribu dan yang termahal mencapai Rp15 juta.
"Saat ini permintaan terbanyak dari Eropa. Pengiriman barangnya sekitar dua kontainer per bulan," kata Rediawan, Rabu (12/10/2022).
Selain pinjaman modal, Rediawan mengaku juga mendapat berbagai bantuan dari PMN, mulai dari pelatihan memasarkan barang lewat sosial media, diajak ke berbagai pameran, dan berbagai pelatihan lainnya.
"Semua pelatihan itu gratis, diberikan cuma-cuma," kata Rediawan.
Berkat pinjaman modal dan bimbingan dari PMN itu, usaha Rediawan berkembang pesat.