Empat Desa Wisata di Bali Jalani Tahap Verifikasi CHSE dan Mitigasi Bencana
Semua kegiatan ini mengacu pada implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment) dan mitigasi bencana.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kerja sama Universitas Indonesia dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk mewujudkan desa wisata berkelas dunia kini memasuki tahap verifikasi lapangan.
Hal ini ditandai oleh kegiatan Pembekalan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) serta Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi Pengelola Desa Wisata (DeWi) dan penyerahan donasi kepada desa wisata di Provinsi Bali pada 10-13 Oktober 2022.
Semua kegiatan ini mengacu pada implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment) dan mitigasi bencana.
Baca juga: Hasil Indentifikasi Risiko HSE dan Kebencanaan Siap Diterapkan di Desa Wisata Tahun Ini
Empat desa wisata yang menjalani tahapan verifikasi tersebut adalah Desa Penglipuran dan Desa Wisata Undisan di Kabupaten Bangli, Desa Wisata Carangsari di Kabupaten Badung dan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karang Asem).
"Diharapkan kedepannya setiap desa wisata mengintegrasikan proses manajemen risiko sebagai bagian dari manajemen, pengambilan keputusan dan diintegrasikan ke dalam struktur, operasi dan proses pengelolaan desa wisata," ungkap Prof. Fatma Lestari, Ketua DRRC Universitas Indonesia sekaligus pengusul program dalam keterangan pers yang dikutip Senin, 17 Oktober 2022.
Melengkapi hal tersebut kedepannya diperlukan penunjukan seksi dalam susunan organisasi pengelola DeWi secara independen mengelola manajemen risiko.
“Kegiatan verifikasi lapangan ini sangat berperan penting dalam mensukseskan program Kedaireka Matching Fund UI-Kemenparekraf dalam mewujudkan Desa Wisata (DeWi) berkelas dunia (World Class DeWi) melalui implementasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment) serta mitigasi bencana," ujar Fatma.
Agar mendapat hasil yang optimal, sebelum kegiatan verifikasi lapangan kami mendahuluinya dengan FGD (Focus Group Discussion) secara online, kemudian kaji risiko HSE serta bencana di lapangan guna verifikasi hasil diskusi.
"Kami juga lakukan pembinaan kepada para pengelola dan pelaku desa wisata. Kami juga memberikan donasi berupa peralatan pendukung dalam penanganan risiko dan bencana di desa wisata,” ungkap Prof. Fatma Lestari.
Baca juga: UI dan Kemenparekraf Luncurkan Program Mitigasi Bencana dan CHSE Pada Desa Wisata
Tim yang diturunkan dalam kegiatan verifikasi lapangan dibagi menjadi dua, yakni tim A dipimpin oleh Drs. Adonis Muzzani, M.E.M dengan wakil Abdul Kadir, S.K.M., M.Sc..
Lokasi wisata yang menjadi ruang lingkup verifikasi lapangan tim A adalah Desa Wisata Penglipuran dan Desa Wisata Carangsari.
Koordinator kaji risiko, pembinaan HSE & kebencanaan adalah Naufal Ayudha Achmad, S.K.K.K. Untuk urusan komunikasi dan koordinasi dipegang oleh Dessy Dwi Aryani, S.E. dari Kemenparekraf.
Tim B diketuai oleh Dr. Robiana Modjo, S.K.M., M.Kes, wakil dari tim ini adalah Fira Azzahra, BMedSc (Hons) dengan koordinator kaji risiko Naila Adinda Achmad.
Baca juga: Warga Desa di Bali Dibuatkan Situs Web untuk Promosi Desa Wisata Hingga Mancanegara
“Kami melihat antusiasme pengelola desa wisata sangat tinggi mulai dari mereka menceritakan risiko apa saja yang terjadi atas aktivitas wisata. Mereka juga menceritakan bagaimana cara penanganannya yang dilakukan di lapangan,” ungkap Esza Larashari dari Kemenparekraf RI yang terlibat dalam verifikasi lapangan di Bali.