Rupiah Menguat Tipis, Pagi Ini di Level Rp 15.466 Per Dolar AS
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan di level Rp 15.466 pagi ini.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp15.466 pada Selasa (17/10/2022) pukul 09.15 WIB.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, meski demikian, nilai tukar mata uang Garuda masih terus berfluktuasi dan berpotensi melemah mendekati level Rp15.500.
"Untuk perdagangan Selasa (18/10), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.450 hingga Rp15.500," ucap Ibrahim dalam analisanya yang diperoleh Tribunnews, (17/10/2022).
Tren pelemahan rupiah sudah berlangsung sejak beberapa Minggu ke belakang.
Sebagai informasi, pada perdagangan Senin (17/10/2022), mata uang rupiah ditutup melemah 60 point walaupun sebelumnya sempat melemah 65 point dilevel Rp15.487 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.427.
Pelemahan tersebut, lanjut Ibrahim, disebabkan pasar masih menyoroti sejumlah faktor.
Utamanya, kondisi pasar keuangan terpengaruh sentimen penguatan dolar AS yang saat ini disebabkan penguatan fundamental makro ekonomi AS, salah satunya tingginya angka inflasi.
Baca juga: Rupiah Makin Terpuruk, Sedikit Lagi Tembus Rp15.500 per Dolar AS
Dengan masih tingginya angka inflasi di AS, The Fed kemungkinan besar masih akan menaikkan suku bunga, sebagai upaya untuk menjinakkan inflasi.
"Juga terdapat sentimen Anggota Dewan Pemerintahan Bank Sentral Eropa Martins Kazaks yang mendukung kenaikan 75 basis poin bulan ini dan 50 atau 75 bps lainnya pada pertemuan akhir 2022 pada bulan Desember, tergantung pada data dan prospek harga," ucap Ibrahim.
Baca juga: Jaga Nilai Tukar Rupiah, Bank Indonesia Diprediksi Akan Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan
Menurut Ibrahim, pengaruh dari krisis energi dan gangguan rantai pasok akibat perang antara Rusia-Ukraina juga berdampak terhadap pelemahan mata uang di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
"Atas dasar ini, respons yang lebih tepat dalam menghadapi tingginya dolar saat ini adalah dengan membiarkan nilai tukar rupiah mengalami penyesuaian, sambil menggunakan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi tetap dekat dengan targetnya," pungkas Ibrahim.