Usai Pelantikan Rishi Sunak, Poundsterling Inggris Bangkit di Tengah Lonjakan Inflasi
Poundsterling telah naik ke puncak tertingginya selama inflasi mendekati 1,14 terhadap dolar AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Pasca pelantikan Rishi Sunak sebagai Perdana Menteri Inggris menggantikan posisi Liz Truss yang mengundurkan diri akhir pekan lalu, mata uang Pound justru terpantau menguat dari posisi terendah pada penutupan perdagangan Senin (24/10/2022).
Mengutip dari Reuters, Poundsterling telah naik ke puncak tertingginya selama inflasi mendekati 1,14 terhadap dolar AS. Meski usai kenaikan ini nilai Pound kembali melemah sebesar 0,2 persen di kisaran 1,1307 terhadap dolar AS.
Akan tetapi adanya peningkatan ini memberikan isyarat positif pada sektor ekonomi Inggris yang selama beberapa bulan terakhir telah mengalami inflasi.
Baca juga: Inflasi Inggris Diprediksi Melonjak hingga 15 Persen
Menurut prediksi yang diterbitkan Kantor Statistik Nasional Inggris pada pekan lalu, biaya barang dan jasa di Inggris selama September telah melonjak ke level tertinggi selama 40 tahun, dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik menjadi 10,1 persen
Dikutip dari Reuters, lonjakan inflasi mulai terjadi setelah Rusia memberlakukan pembatasan energi sebagai balasan sanksi pada Barat yang telah mengutuk Rusia atas invasi Ukraina.
Adanya peningkatan biaya energi lantas mengerek naik sejumlah harga kebutuhan pokok, hingga membuat warga kesulitan mencukupi kebutuhan pokoknya.
Tekanan tersebut yang kemudian memicu timbulnya perlambatan ekonomi atau yang kerap disebut inflasi.
Namun, usai perubahan jabatan yang terjadi pada kursi Perdana Menteri Inggris, nilai Pound perlahan mulai menguat mengembalikan kerugian selama beberapa pekan terakhir.
Hal ini berbanding terbalik dengan nilai Pound di bulan lalu, dimana saat itu poundsterling jatuh ke sektor terendah terhadap dolar AS.
"Karena itu, Sunak mengambil alih sebagai PM harus mengembalikan sejumlah besar kredibilitas di sekitar kebijakan Inggris, yang kemungkinan akan membatasi penurunan untuk aset sterling dalam waktu dekat," kata Michael Brown, kepala intelijen Pasar di Caxton.
Selain Pound, respon positif atas terpilihnya Sunak juga membuat biaya utang pemerintah turun, dengan tingkat bunga atau hasil obligasi yang akan dilunasi dalam waktu 30 tahun menjadi 3,8 persen.
Setelah sebelumnya tingkat utang Inggris melonjak mencapai 5,17 persen, akibat kebijakan pemangkasan pajak secara besar – besaran yang diterapkan mantan menteri keuangan Kanselir Kwasi Kwarteng.