Kiamat Energi, Zelensky Larang Ribuan Pengungsi Ukraina Balik Kampung
Presiden Volodymyr Zelensky menghimbau warga negaranya yang telah mengungsi ke luar negeri untuk tidak kembali ke Ukraina
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KIEV – Presiden Volodymyr Zelensky menghimbau warga negaranya yang telah mengungsi ke luar negeri untuk tidak kembali ke Ukraina selama beberapa waktu kedepan.
Peringatan ini sampaikan Zelensky melalui Perdana Menteri Iryna Vereshchuk, setelah lebih dari sepertiga atau sekitar 40 persen sektor energi negara itu hancur dihantam rudal Kamikaze Rusia, hingga membuat Ukraina terancam mengalami kiamat energi selama musim dingin lantaran terputusnya jaringan listrik.
"Anda lihat apa yang dilakukan Rusia. Jaringan tidak akan bisa mengatasinya,"ujar Vereshchuk dilancir dari BBC International.
Serangan udara yang ditargetkan Rusia pada sektor energi Ukraina, dilakukan sebagai bentuk pembalasan atas insiden peledakan bom di jembatan Krimea. Meski Kyiv dengan tegas mengatakan bahwa mereka tidak berada di balik serangan tersebut, namun hal itu tak lantas membuat Rusia percaya.
Baca juga: Taiwan Berencana Tingkatkan Persediaan Energi di Tengah Ancaman China
Justru Moskow semakin gencar melancarkan serangan di sejumlah titik penting termasuk fasilitas energi di wilayah Cherkasy, ibukota Kyiv, serta kota Khmelnytskyi.
Khawatir ancaman ini makin memperburuk krisis energi di Ukraina, membuat Zelensky meminta para pengungsi untuk tidak kembali hingga musim semi mendatang. Langkah ini diambil selain untuk melindungi warga negaranya, namun juga untuk membantu mengurangi penggunaan energi di tengah banyaknya pembangkit listrik dan infrastruktur yang rusak diserang Rusia.
"Jika memungkinkan, tinggal di luar negeri untuk sementara waktu, kita harus bertahan hidup di musim dingin," jelas Vereshchuk.
Usai serangan infrastruktur besar-besaran tersebut, Ukraina sendiri kini telah mengalami pemadaman listrik regular, dimana pemerintah membatasi penggunaan listrik antara jam 17.00 dan 23.00.
Baru – baru ini pemerintah Ukraina juga menemukan adanya rencana serangan lanjutan yang menargetkan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka. Serangan ini berhasil digagalkan setelah angkatan militer Kiev menemukan sebuah ranjau yang diletakan di bawah bendungan yang di kendalikan pasukan Moskow.
Imbas dari serangan invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina sejak akhir Februari lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat setidaknya Ukraina telah menderita kerugian parah sebesar 38 miliar dolar AS Rp 592 triliun (Satuan kurs Rp 15,591). Jumlah tersebut diperkirakan terus bertambah mengingat saat ini kondisi invasi semakin memanas.