XI Jinping Jadi Presiden China Tiga Periode, Perdagangan Dunia Dihantui Ancaman
Xi Jinping ditunjuk sebagai pimpinan tertinggi di China setelah sukses mengumpulkan suara parlemen terbanyak dalam pemilihan umum awal pekan lalu.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Perdagangan dunia kini tengah menghadapi prospek ketegangan yang lebih besar, usai Xi Jinping didaulat sebagai pemimpin Partai Komunis sekaligus Presiden China untuk ketiga kalinya.
Xi Jinping ditunjuk sebagai pimpinan tertinggi di China setelah sukses mengumpulkan suara parlemen terbanyak dalam pemilihan umum yang digelar pada awal pekan lalu.
Kemenangan ini yang kemudian membuat Xi dapat memerintah China dalam Kongres lima tahunannya.
Memang, selama kepemimpinannya perekonomian China pada kuartal ketiga 2022 tumbuh pada kecepatan yang lebih cepat dari perkiraan, dimana melesat sebesar 3,9 persen year-on-year (yoy).
Namun sayangnya kepemimpinan Presiden Xi Jinping yang baru diresmikan pada akhir pekan lalu, telah membuat kelompok bisnis luar negeri di China kian menyerukan kewaspadaan.
Mereka mendesak agar Xi tak lagi melakukan intervensi besar yang dapat memukul roda pasar.
Mereka khawatir Xi dan sekutunya akan melanjutkan kebijakan ekstrem dengan melakukan pengamanan ketat Covid-19 yang memberikan efek buruk pada perekonomian dunia.
Imbas dari ketegangan ini bahkan membuat mata uang Yuan China merosot 0,6 persen menjadi 7,3084 per dolar AS, Selasa (25/10). Jadi yang terendah yang pernah dialami Yuan sejak tahun 2007.
Baca juga: Xi Jinping Jadi Presiden Lagi, Sederet Saham Teknologi China Kompak Anjlok
Lebih lanjut dampak pelantikan Xi juga telah memicu anjlok pergerakan pasar saham China, diawali dengan runtuhnya laju saham Hong Kong ke level terendah sejak krisis keuangan global.
“Xi kemungkinan akan mengontrol dengan ketat dan terlibat dalam semua keputusan kebijakan luar negeri utama." ujar Direktur Kekuatan China di Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), Bonny Lin.
Baca juga: Xi Jinping Jadi Pemimpin China Tiga Periode, Kim Jong Un hingga Vladimir Putin Beri Ucapan Selamat
Sementara Indeks Hang Seng China Enterprises, yang menjadi patokan saham-saham HongKong ditutup turun lebih dari 7 persen pada Selasa (25/10/2022), angka tersebut tercatat sebagai yang terburuk setelah Kongres Partai Komunis dimulainya pada 1994.
Mencegah terjadinya pembengkakan kerugian Kamar Dagang Uni Eropa di China, beberapa pihak mengklaim bahwa mereka saat ini ingin mengambil pendekatan wait and see terhadap dampak kongres.
Baca juga: Protes Anti Xi Jinping Menyebar di China setelah Amankan Masa Jabatan Tiga Periode
Sebab, pengumuman kebijakan utama kemungkinan tidak akan muncul hingga Maret 2023, seperti yang dikutip dari Reuters.
Langkah serupa juga diambil oleh Kamar Dagang Inggris di China, dilaporkan juga tengah menerapkan pendekatan wait and see terhadap dampak kongres.
Pencegahan tersebut diambil mengingat saat ini bisnis luar negeri di China semakin kritis terhadap pengetatan kebijakan Covid-19.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.