Hadapi Ancaman Inflasi Global, IMF Minta Bank Sentral Kerek Suku Bunga
Ajakan tersebut diserukan Georgieva setelah sejumlah negara khususnya di kawasan Eropa yang mengalami lonjakan inflasi
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengimbau bank-bank sentral di seluruh dunia untuk terus memperketat kebijakan moneternya, dengan menaikkan suku bunga lebih lanjut agar dapat menghalau laju inflasi ke titik netral.
“Bank-bank sentral harus menaikkan suku bunga karena inflasi yang tinggi, melemahkan pertumbuhan, itu akan memukul bagian-bagian termiskin dari populasi dengan paling keras," jelas Georgieva.
Ajakan tersebut diserukan Georgieva setelah sejumlah negara khususnya di kawasan Eropa yang mengalami lonjakan inflasi akibat kenaikan harga pangan, alkohol, dan tembakau sebesar 11,8 persen dan lonjakan energi hingga melesat ke angka 40,7 persen yoy, sebagai imbas dari Invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Dihantui Lonjakan Inflasi, IMF Sebut Eropa Berpotensi Mengalami Resesi Lebih Dalam
Lonjakan ini lah yang kemudian membuat angka inflasi zona Eropa pada September 2022 melonjak ke level 9,9 persen secara tahun tahunan (year-on-year/yoy), Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mencatat inflasi itu lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya dipatok sebesar 9,1 persen. Bahkan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pencatatan yang dimulai pada 1991.
Dengan alasan ini IMF meminta agar bank-bank sentral di dunia kembali menaikkan suku bunga ke level tertinggi agar tak bernasib sama seperti Uni Eropa.
Meski manfaat dari kenaikan suku bunga tidak akan dirasakan secara instan, namun langkah ini diklaim menjadi cara yang paling efektif untuk menjinakan angka inflasi.
Georgieva memperkirakan setidaknya ekonomi global membutuhkan waktu hingga 2024 agar negara-negara di seluruh dunia dapat mencapai efek positif dari kenaikan suku bunga.
“Pada tahun 2024 kami yakin akan mencapai titik, ketika bank sentral melihat dampak dari tindakan mereka, tidak instan, ini membutuhkan kesabaran di masyarakat," kata Georgieva dalam sebuah wawancara yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Bank Indonesia Ungkap Alasan Indonesia Tak Ikut Antre Pinjam Uang ke IMF
Lebih lanjut usai IMF mengeluarkan himbauan ini, Bank Sentral Eropa dilaporkan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin di pertemuan selanjutnya, menyusul adanya perilisan prospek ekonomi dan inflasi yang kian memburuk pada September kemarin.