Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PDB Taiwan Mengalahkan Ekspektasi, Tumbuh 4,1 Persen di Kuartal III

Pertumbuhan ekonomi Taiwan di kuartal ketiga tahun ini berhasil mengalahkan ekspektasi, meskipun ada kekhawatiran penurunan permintaan

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in PDB Taiwan Mengalahkan Ekspektasi, Tumbuh 4,1 Persen di Kuartal III
CNA
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Pertumbuhan ekonomi Taiwan di kuartal ketiga tahun ini berhasil mengalahkan ekspektasi, meskipun ada kekhawatiran penurunan permintaan dari konsumen di China Daratan dan negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat (AS).

Produk domestik bruto (PDB) Taiwan tumbuh 4,1 persen pada Juli hingga September, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut data dari Direktorat Jenderal Anggaran, Akuntansi dan Statistik Taiwan yang dirilis hari ini, Jumat (28/10/2022).

Seorang ekonom di perusahaan perbankan Standard Chartered Bank yang berbasis di Taipei, Tony Phoo, mengungkapkan pertumbuhan ekonomi didukung oleh lonjakan konsumsi domestik setelah wabah Covid-19 di Taiwan memuncak tahun ini.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Digital 2025 Diproyeksi 150 Miliar Dolar AS, Peluang UMKM Parekraf Cukup Besar

Ekonomi Taiwan mencatat pertumbuhan 3,72 persen secara year-on-year (yoy) di kuartal pertama dan 3,05 persen di kuartal kedua. Sementara menurut data badan statistik Taiwan, konsumsi domestik naik 6,76 persen di kuartal ketiga.

“Pelonggaran peraturan Covid berarti orang harus terus berbelanja,” kata Phoo, yang dikutip dari South China Morning Post.

Pertumbuhan ekonomi Taiwan pada 2021 mencapai 6,57 persen, karena rebound pasca pandemi di sebagian besar negara-negara di dunia telah meningkatkan permintaan untuk produk Taiwan.

Namun para analis mengatakan tren tingginya permintaan produk Taiwan telah berakhir dan prospeknya beragam.

Berita Rekomendasi

Aktivitas manufaktur di Taiwan telah turun karena perang di Ukraina, inflasi yang tinggi di negara-negara lainnya dan gangguan rantai pasok terkait kebijakan nol-Covid di China yang berimbas pada melemahkan ekspor Taiwan.

Eksportir Taiwan, yang mengirimkan chip semikonduktor, komputer pribadi (PC), telepon dan elektronik lainnya ke pasar utama dunia, telah kehilangan bisnisnya di paruh kedua tahun ini, kata para analis.

China telah membeli lebih sedikit produk dari Taiwan, karena adanya penguncian Covid-19 sehingga berimbas pada pekerjaan dan pendapatan dari perdagangannya yang bergantung pada mobilitas.

Permintaan PC dan telepon dari konsumen global juga menurun tahun ini karena tingginya inflasi, kata seorang analis di firma riset pasar Counterpoint, Brady Wang.

Baca juga: Amerika Serikat dan Taiwan Berencana Produksi Senjata Bersama

“Penjualan chip turun di mana-mana, karena persediaan kelebihan stok dan kemudian Anda mengalami inflasi dan penguncian China,” kata Wang.

Amerika Utara telah "menghadirkan sentimen yang semakin berhati-hati" pada inventaris smartphone sebelum liburan akhir tahun, kata perusahaan riset pasar Canalys pada Kamis (27/10/2022).

Pengiriman smartphone global turun 9 persen yoy pada kuartal ketiga 2022, dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Sebuah "perlambatan seperti biasanya dalam ekonomi China", bersama dengan pengetatan keuangan global dan perang di Ukraina berarti pertumbuhan Asia diperkirakan akan melambat, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) pekan ini.

Baca juga: AS Harus Bersiap untuk Tanggapi Kemungkinan Invasi China ke Taiwan

Sekitar 42 persen ekspor Taiwan mencapai China dan Hong Kong tahun lalu. China bergantung pada Taiwan untuk memasok produk seperti semikonduktor, kata profesor di Institut Bisnis dan Manajemen Universitas Nasional Yang Ming Chiao Tung, Hu Jin-li.

China adalah mitra dagang utama Taiwan, sementara Amerika Serikat berada di tempat kedua sebagai rekan dagang Taiwan.

"Mengingat perlambatan yang sedang berlangsung di China daratan, kami masih akan mewaspadai penurunan permintaan elektronik dari China," ujar ekonom di Moody's Analytics, Heron Lim.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas