Harga Minyak Dunia Anjlok 1,12 Persen, Imbas Kembali Meningkatnya Kasus Covid-19 di China
Harga minyak mentah Brent tercatat turun sebanyak 1,2 persen menjadi 95,41 dolar AS per barel.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pembatasan mobilisasi di sejumlah wilayah di China akibat meningkatnya kasus positif Covid-19, memicu terjadinya penurunan harga minyak dunia sebanyak 1,12 persen di perdagangan global pada Senin (31/10/2022).
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat turun sebanyak 1,2 persen menjadi 95,41 dolar AS per barel. Sedangkan jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya anjlok di level 1,3 persen menjadi 87,67 dolar AS per barel.
Penurunan ini mulai terjadi sejak Jumat (27/10/2022) sebagai imbas dari adanya kebijakan pembatasan Covid-19 yang lebih luas dan merata di daratan China, akibat dari melonjakan infeksi baru Covid-19 yang mencapai 1.506 kasus pada 27 Oktober 2022. Angka tersebut melonjak drastis dari hari sebelumnya yang hanya berada di kisaran 1.264 kasus.
Baca juga: Manfaat Presidensi G20 di Indonesia, Tekan Masalah Global Termasuk Minyak Dunia
Khawatir kondisi ini akan semakin memburuk, mendorong pemerintah China untuk memberlakukan pengetatan wilayah menggunakan prinsip Zero Covid, dengan tujuan untuk menekan angka penularan Covid ke level nol persen.
Namun, imbas dari pengetatan tersebut membuat roda perekonomi China jadi tertekan dan tumbuh lebih lambat, menurut Dana Moneter Internasional (IMF) dampak dari kebijakan zero Covid setidaknya telah pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu ini diproyeksikan melambat jadi 3,2 persen di sepanjang tahun ini.
Anjlok sekitar 1,2 poin dari perkiraan analis pada April lalu, mengingat di tahun sebelumnya ekonomi China telah mencatatkan pertumbuhan pesat hingga dapat tumbuh mencapai 8,1 persen.
Perlambatan inilah yang kemudian memicu terjadinya penurunan permintaan minyak, mengingat China sendiri merupakan salah satu importir minyak mentah terbesar dunia dengan jumlah konsumsi mencapai 16,4 persen.
Sehingga, dengan menurunya permintaan tentunya akan berimbas pada amblasnya harga minyak di pasar global. Penurunan harga minyak diprediksi akan terus berlangsung selama beberapa hari kedepan, hingga kondisi pasar mendingin.
Lebih lanjut, sebelum perdagangan minyak global mengalami penurunan harga pasar ekspor minyak AS sempat mencetak rekor penjualan tertinggi pada minggu lalu, akibat melonjaknya permintaan minyak dunia.
Hingga membuat mendorong harga WTI naik 3,4 persen pekan lalu. Sementara itu, Brent naik 2,4 persen di minggu lalu.