Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengembangan Green Energy Pertamina Kurangi Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

- Pakar kesehatan lingkungan Universitas Indonesia Profesor Budi Haryanto mendukung upaya Pertamina dalam mengembangkan green energy.

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pengembangan Green Energy Pertamina Kurangi Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Pertamina
Berhasil Uji Coba Pengolahan 100% Minyak Kelapa Sawit menjadi Green Energy, Pertamina Siap Produksi D-100 Pertama di Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pakar kesehatan lingkungan Universitas Indonesia Profesor Budi Haryanto mendukung upaya Pertamina dalam mengembangkan green energy.

Menurut Budi, green energy akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan, termasuk mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim.

“Harus selalu didukung. Karena pengembangan green energy akan berdampak positif terhadap kesehatan dan lingkungan,” kata Budi kepada media.

Untuk itu Budi berharap, agar Pertamina konsisten dalam pengembangan energi hijau tersebut. Sebab, green energy akan menekan emisi seminimal mungkin.

Baca juga: Bambang Soesatyo: Bersama Melangkah dalam Era Transisi Energi Mewujudkan NZE

“Dengan demikian, juga mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim,” ujarnya.

Dukungan juga disampaikan anggota Komisi VII DPR RI Sartono Hutomo. Karena menurut Sartono, saat ini dunia sudah berlomba-lomba bertransformasi melalui penggunaan energi bersih.

Sartono mencontohkan green refinery Pertamina. Menurut dia, sebagai program strategis nasional, tingkat produksi green refinery juga harus terus dioptimalkan.

Berita Rekomendasi

Dengan demikian, target pengembangan biosolar dapat terus berlanjut hingga B100.

“Di sisi lain pemerintah harus dapat mengembangankan pasar dalam negeri untuk menggunakan green energy, sehingga demand di dalam negeri menjadi besar, baik dalam bentuk bio solar maupun bahan bakar nabati seperti HVO/ Hydrotreated Vegetable Oil yang saat ini sudah dikembangkan oleh Pertamina,” jelas Sartono.

Baca juga: Pemerintah Sebut Konservasi dan Efisiensi Energi Jadi Kunci Mitigasi Perubahan Iklim

Menurut dia, penggunaan energi bersih adalah sebuah keharusan. Indonesia sudah mencapai point of no return dalam perubahan iklim dan ketahanan energi sehingga energi baru dan terbarukan merupakan solusi konkret.

Karena itu Sartono berharap posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 harus mendorong tindakan percepatan transisi energi bersih sebagai kunci dalam mencapai nol emisi karbon atau karbon netral pada tahun 2060.

Pertamina memang menunjukkan komitmen dalam pengembangan green energy, yaitu dengan menjalankan program transisi dari energi fosil ke energi bersih.

Baca juga: Dorong Energi Baru Terbarukan, Kalla Group Siap Bangun PLTA Baru

Bahkan, alokasi anggaran untuk pengembangan energi hijau hingga 2060, secara total diperkirakan mencapai USD 150 miliar atau sekitar Rp 2.322 triliun (asumsi kurs Rp 15.490 per US$).

Bahkan Pertamina, juga mulai menyisihkan alokasi anggaran, khusus untuk pengembangan energi hijau. Diantaranya seperti pengembangan green hydrogen, produk baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV battery).

Selain itu, berbagai produk Pertamina juga mendapat pengakuan dunia. Antara lain Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Green Diesel D100.

Bahan bakar hijau yang dihasilkan Green Refinery Cilacap ini telah mendapatkan sertifikat International Sustainability and Carbon Certification (ISCC).

Produk yang dikenal dengan branding nama Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD) ini, berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 65 persen hingga 70 persen dari bahan bakar umumnya sehingga layak disebut sebagai green product.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas