Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Dunia Rebound, Terdorong Optimisme Pelonggaran Lockdown di China

West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,74 dolar AS atau 2 persen, menjadi 88,27 dolar AS per barel setelah sesi sebelumnya jatuh sebanyak 1,6 persen

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Harga Minyak Dunia Rebound, Terdorong Optimisme Pelonggaran Lockdown di China
Caspian News
Ilustrasi minyak mentah. Optimisme investor akan adanya rencana pelonggaran kebijakan lockdown atau penguncian wilayah di China, mendorong penguatan harga minyak mentah dunia hingga melesat sebanyak dua persen pada perdagangan Selasa (1/11/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Optimisme investor akan adanya rencana pelonggaran kebijakan lockdown atau penguncian wilayah di China, mendorong penguatan harga minyak mentah dunia hingga melesat sebanyak dua persen pada perdagangan Selasa (1/11/2022).

Dimana harga minyak mentah jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) melonjak 1,74 dolar AS atau 2 persen, menjadi 88,27 dolar AS per barel, setelah sesi sebelumnya jatuh sebanyak 1,6 persen. Sementara jenis Brent untuk pengiriman Januari naik 1,70 dolar AS atau 1,8 persen menjadi 94,51 dolar AS per barel, dikutip dari Reuters.




Kenaikan terjadi setelah ekonom kondang asal China Hao-Hong menyerukan isu kebijakan new normal di media sosial Twitter, dalam cuitannya ia menyebut bahwa pelonggaran menyeluruh di seluruh kawasan China akan mulai dilakukan pada Maret 2023.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Mengalami Kenaikan di Tengah Minimnya Pasokan

Perkiraan tersebut dilontarkan setelah awal pekan ini para Anggota Tetap Politbiro Wang Huning membentuk Komite Pembukaan untuk meninjau data Covid luar negeri guna merencanakan skenario pembukaan wilayah di China. Kabar tersebut tentunya menjadi angin segar bagi perekonomian dunia, mengingat pengetatan tersebut telah membuat roda perekonomi China jadi tertekan dan tumbuh lebih lambat.

Kondisi inilah yang kemudian memicu terjadinya penurunan permintaan minyak selama beberapa pekan terakhir, terlebih China sendiri merupakan salah satu importir minyak mentah terbesar dunia dengan jumlah konsumsi mencapai 16,4 persen.

"Kami mendapatkan banyak sinyal ke arah itu dan pasar merespons dengan sangat positif," kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.

BERITA TERKAIT

Selain pelonggaran wilayah di China, bullish perdagangan minyak mentah di Selasa pagi terjadi karena terdorong rencana OPEC+ yang akan meningkatkan permintaan minyak dunia dalam jangka menengah dan panjang diatas 100 dolar AS per barel.

Baca juga: Syarief Hasan: Perbaiki Tata Kelola APBN & Subsidi Solusi Menghadapi Gejolak Minyak Dunia

Peningkatan ini dilakukan setelah American Petroleum Institute merilis penurunan stok minyak mentah AS yang turun sekitar 6,5 juta barel sementara persediaan bensin menyusut sekitar 2,6 juta barel,selama sepekan terakhir.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas