Lonjakan Lowongan Kerja AS Tingkatkan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Kenaikan suku bunga yang cepat yang dilakukan oleh The Fed belum berdampak besar pada ekonomi riil di AS.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Lonjakan lowongan pekerjaan bulanan di Amerika Serikat (AS) mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga yang cepat yang dilakukan oleh The Fed belum berdampak besar pada ekonomi riil di AS.
Data baru yang dirilis Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa (1/11/2022) menunjukkan perusahaan di Negeri Paman Sam memiliki 10,7 juta lowongan pekerjaan di September, melonjak sekitar setengah juta lowongan dari bulan sebelumnya yang diperkirakan The Fed akan bergerak lebih rendah karena melambatnya ekonomi.
Dikutip dari Reuters, imbal hasil obligasi Treasury AS naik setelah rilisnya data tenaga kerja AS. Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed juga meningkat setelah laporan data tenaga kerja menunjukkan hasil yang kuat.
Bank Sentral AS diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga perempat poin presentase ke kisaran 3,75 persen hingga 4,00 persen pada akhir pertemuan dua hari yang diadakan hari ini, Rabu (2/11/2022).
Para investor saat ini condong ke kenaikan kelima berturut-turut sebesar 3,75 persen hingga 4 persen pada Desember, dengan tingkat kebijakan target terlihat melebihi 5 persen pada Maret 2023.
Data lowongan pekerjaan "akan membuat The Fe sulit berputar" menuju laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat, seperti yang diperkirakan banyak orang, tulis dua ekonom di Jefferies Aneta Markowska dan Thomas Simons.
Baca juga: The Fed Diprediksi Naikkan Suku Bunga Acuan Hingga 5 Persen pada Maret 2023
"Untuk memperlambat laju kenaikan, The Fed harus mampu membuat kasus yang meyakinkan bahwa permintaan tenaga kerja yang melambat akan mengurangi tekanan dari biaya tenaga kerja, yang pada akhirnya memperlambat inflasi. Sulit untuk membuat kasus itu setelah laporan hari ini," tambah keduanya.
Data baru tenaga kerja AS menunjukkan ada lebih dari 1,85 pekerjaan yang tersedia untuk setiap orang yang diperkirakan secara resmi menganggur pada September.
Pada bulan-bulan sebelum pandemi Covid-19, ketika tingkat pengangguran berada di sekitar 3,5 persen saat ini, angka tersebut kira-kira berada di 1,2.
Baca juga: BI Yakin The Fed Masih Akan Pangkas Lagi Suku Bunga Acuan Sampai 4,75 Persen
The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk memperlambat inflasi terburuk dalam 40 tahun. Namun inflasi terus naik sekitar 3 kali lipat dari target 2 persen, sementara pasar tenaga kerja yang tangguh telah memperkuat keyakinan pembuat kebijakan moneter bahwa mereka dapat terus mendorong biaya pinjaman lebih tinggi.
Sementara itu, data lain yang diawasi ketat dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Kerja bulanan menunjukkan lebih dari 4 juta orang berhenti dari pekerjaan mereka pada September, kira-kira setengah juta lebih banyak dari tingkat yang terlihat sebelum pandemi.
Sementara jumlah orang yang diberhentikan bekerja menurun pada September.
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bangkitkan Kekhawatiran krisis Ekonomi Asia di Era 1990
Lonjakan lowongan pekerjaan "adalah contoh lain dari data 'tidak bekerja sama' dengan keinginan Fed untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga," tulis analis di Citigroup.
"Data yang tangguh meningkatkan risiko lebih lanjut bahwa setiap perlambatan dipasangkan dengan komunikasi hawkish bahwa suku bunga kebijakan dapat naik lebih lama dan ke tarif terminal yang lebih tinggi," ungkap analis tersebut dalam sebuah catatan.