Pasokan Melimpah, Harga Gas Alam Eropa Diprediksi Turun 30 Persen di 2023
Bank investasi Goldman Sach memperkirakan harga gas alam Eropa akan turun sekitar 30 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Bank investasi Goldman Sach memperkirakan harga gas alam Eropa akan turun sekitar 30 persen dalam beberapa bulan mendatang.
Penurunan ini diprediksi karena negara-negara di Eropa akan mendapatkan keuntungan sementara dari pasokan gasnya.
Tolak ukur harga gas berjangka Eropa dari Belanda, Title Transfer Facility (TTF), diperdagangkan sekitar 120 euro per megawatt jam pada Selasa (1/11/2022).
Namun Goldman Sachs memperkirakan, patokan ini turun menjadi 85 euro per megawatt jam di kuartal pertama 2023, menurut laporan penelitian yang diterbitkan bank investasi itu pada pekan lalu.
Baca juga: Rusia Kurangi Pasokan Gas, Azerbaijan Siap Pasok Gas Alam ke Uni Eropa hingga 2027
“Tim komoditas kami memperkirakan penurunan lebih lanjut menjadi 85 euro pada kuartal pertama sebelum meningkat tajam hingga musim panas mendatang karena tingkat pengisian penyimpanan dibangun kembali,” kata analis Goldman Sachs dalam catatan penelitian, yang dikutip dari CNBC.
Ini akan menandai perubahan signifikan dari level penjualan gas pada Agustus. Pada saat itu, invasi Rusia ke Ukraina dan gejolak energi Eropa mendorong harga gas ke rekor bersejarah, di atas 340 euro per megawatt jam.
Penurunan harga gas ini dipicu oleh beberapa faktor yaitu, penyimpanan gas Eropa pada dasarnya sudah penuh untuk musim dingin ini, suhu musim gugur lebih ringan dari yang diperkirakan sehingga menunda dimulainya periode penggunaan energi yang berat, dan terjadinya kelebihan pasokan gas alam cair (LNG).
Laporan terbaru menunjukkan sekitar 60 kapal menunggu untuk melepaskan kargo LNG mereka di Eropa. Beberapa dari pengiriman ini dibeli selama musim panas dan baru tiba sekarang saat penyimpanan gas penuh.
Data terbaru yang dikumpulkan oleh kelompok industri Gas Infrastructure Europe menunjukkan tingkat penyimpanan gas di Eropa mencapai 9 persen.
Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional, Fatih Birol, mengatakan pada pekan lalu sejumlah kecil LNG baru akan memasuki pasar energi tahun depan.
“Jika ekonomi China rebound, tahun depan impor LNG China juga bisa meningkat bersama Eropa,” ujarnya.
Baca juga: Harga Gas Alam Eropa Melonjak akibat Aksi Mogok Pekerja Migas di Norwegia
China adalah importir LNG terbesar dunia pada 2021, menurut data Administrasi Informasi Energi AS. Namun karena kebijakan Covid-19 yang ketat, China menghadapi sejumlah penguncian atau lockdown yang menghambat pertumbuhan ekonominya.
Setiap perubahan dalam kebijakan Covid-19 China akan meningkatkan permintaan LNG dan juga dapat mendorong harga gas untuk pembeli Eropa.
Selain itu, penyimpanan gas telah dibantu oleh pasokan energi Rusia yang coba dihentikan oleh Uni Eropa sendiri. Bahkan Perdana Menteri Luksemburg, Xavier Bettel mengakui pada bulan lalu, penyimpanan gas negara itu penuh dari pasokan Rusia.
Penuhnya penyimpanan pasokan gas juga diungkapkan CEO Energias de Portugal (EDP), perusahaan utilitas Portugal, Miguel Stilwell d’Andrad.
“Tentu saja kami berada di tempat yang jauh lebih baik daripada beberapa bulan yang lalu, tetapi kita harus mengharapkan banyak volatilitas ke depan,” kata d’Andrad.