IHSG Terkapar Diguyur Sentimen Negatif, dari Inflasi hingga Pelemahan Rupiah
IHSG turun 0,15 persen dan Indeks LQ45 turun 0,37 persen, mengiringi sentimen yang cenderung negatif menguyur pergerakan selama sepekan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Praktisi pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,15 persen dan Indeks LQ45 turun 0,37 persen, mengiringi sentimen yang cenderung negatif menguyur pergerakan selama sepekan.
Indeks aktivitas sektor manufaktur versi S&P global yang turun, tingkat inflasi Indonesia melambat dengan inflasi inti tetap menanjak, dan komentar Jerome Powell pada pengumuman hasil rapat The Fed yang lebih hawkish jadi sentimen negatif pekan ini.
Baca juga: Terus Tertekan IHSG Akhirnya Naik 0,16 Persen ke 7.045, INKP Jadi Top Gainer
"Kemudian, imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia turun 6 basis poin, meskipun nilai tukar rupiah terdepresiasi 1,2 persen selama sepekan. Terkoreksinya harga obligasi sejak akhir bulan Oktober hingga mencatatan yield berada di atas 7,6 persen menjadi trigger utama aksi beli kembali investor di pekan ini," ujar Lanjar dalam risetnya, Sabtu (5/11/2022).
Kendati demikian, indeks saham utama di Asia pada hari terakhir pekan ini berakhir pada zona positif, yang memberikan dorongan optimis pergerakan IHSG di akhir sesi perdagangan setelah sempat bergerak tertekan kembali uji level psikologis 7.000.
IHSG ditutup naik 0,16 persen pada Jumat pekan ini ke level 7045,53 dengan sektor material dasar berbalik menguat lebih dari satu setengah persen secara indeks sektoral.
Baca juga: Usai Ditutup Menguat, Aksi Ambil Untung Akan Warnai Pergerakan IHSG Hari Ini
"Sementara, indeks LQ45 naik 0,47 persen dengan saham TLKM berbalik menguat 1,94 persen, dan MDKA serta INKP melonjak lebih dari 5 persen mengimbangi terkoreksinya saham BBCA dan BMRI," kata Lanjar.
Di sisi lain, harga obligasi kembali melemah terindikasi dengan naiknya imbal hasil obligasi acuan tenor 10 tahun Indonesia sebesar 4,4 basis poin ke level 7,472 persen.
Kemudian, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi kambing hitam, di mana rupiah bergerak melemah selama lima sesi perdagangan terakhir.
"Rupiah melemah sebesar 0,26 persen ke level Rp 15.738 per dolar Amerika Serikat (AS)" pungkasnya.