Likuiditas Valas Makin Mengetat Karena The Fed Terus Naikkan Suku Bunga
Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan penyaluran kredit valas tumbuh positif 15,55% sejak awal tahun hingga September 2022.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyaluran kredit dalam bentuk valuta asing (valas) kini mulai dikhawatirkan.
Pasalnya Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang terus menaikkan suku bunganya mengakibatkan likuiditas valas semakin mengetat.
Hal ini dianggap sangat mempengaruhi bank-bank kecil.
Namun, bank besar menyatakan masih memiliki likuiditas valas yang memadai. Sebab, penyaluran kredit menggunakan valas bukanlah inti bisnis bank namun sebagai pelengkap layanan saja.
Data Bank Indonesia (BI) per Agustus 2022 menunjukkan kredit valas perbankan tumbuh 16,71 persen secara tahunan menjadi Rp 932,61 triliun. Sedangkan secara total, kredit perbankan tumbuh 10,3% secara tahunan menjadi Rp 6,160,0 triliun.
Baca juga: Kredit Perbankan Naik 11 Persen di September 2022
Sedangkan himpunan DPK valas mengalami pertumbuhan 11,84% secara tahunan menjadi Rp 1.107,94 triliun per Agustus 2022. Secara total, DPK perbankan mengalami pertumbuhan 8,2% secara tahunan menjadi Rp 7.358,3 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan penyaluran kredit valas masih tumbuh terjaga hingga dobel digit per September 2022.
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan, kredit valas porsinya relatif kecil, hanya sekitar 9% dibandingkan total kredit BRI secara keseluruhan.
“Permintaan kredit terbesar berada pada sektor Agribusiness, Infrastructure, Transportation, Oil & Gas, dan Energy & Mining, dengan komposisi mencapai 66,17% dari total kredit valas BRI,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id pada Jumat (4/11).
Kendati demikian, ia mengakui himpunan dana pihak ketiga (DPK) valas BRI terkontraksi 3,58% secara tahunan per September 2022. Guna menjaga likuiditas valas, BRI telah menyesuaikan suku bunga deposito valas.
“Sebagai contoh untuk suku bunga counter deposito valas, telah naik antara 5 basis poin (bps) hingga 15 bps tergantung dari jangka waktu (tenor) deposito,” tambahnya.
Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan penyaluran kredit valas tumbuh positif 15,55% sejak awal tahun hingga September 2022.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan ini sejalan dengan permintaan kredit valas untuk menopang ekspansi bisnis usaha nasabah.
Baca juga: Ditopang Penyaluran Kredit, Bank Mandiri Kantongi Keuntungan Rp30,7 triliun pada Kuartal III 2022
“DPK valas tumbuh positif 12,00% sejak awal tahun hingga per September 2022. Bank Mandiri secara aktif terus melakukan langkah strategis untuk menjaga likuiditas di tengah dinamika makro global berupa peningkatan suku bunga pasar dan kebutuhan ekspansi bisnis,” ujar Rudi kepada Kontan.co.id.
Bank Mandiri mengoptimalkan pengelolaan likuiditas dengan strategi pricing dana secara selektif dan terukur sebagai upaya untuk mengakuisisi maupun mempertahankan DPK. Melakukan pengelolaan kontrol dan monitoring terhadap pencairan kredit valas.
Lalu, memanfaatkan instrumen-instrumen treasury dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek. Hal ini bertujuan agar pengelolaan asset and liability dapat mencapai tujuan finansial dengan biaya dana atau Cost of Fund yang terjaga dan mengontrol risiko likuiditas yang dihadapi.
“Di tengah kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang signifikan dan demand kredit Valas yang meningkat sepanjang tahun 2022, Bank Mandiri dapat mengelola likuiditas Valas dengan optimal.
Hal ini terlihat dari DPK Valas yang juga tumbuh dan rasio-rasio likuiditas yang dapat terjaga sesuai dengan ketentuan,” ujarnya.
Baca juga: Bank Indonesia Lanjutkan Kebijakan DP 0 Persen Kredit Kendaraan Bermotor dan Properti hingga 2023
Rudi menyatakan pada 2023 mempertimbangkan proyeksi bahwa penyaluran kredit valas akan meningkat seiring dengan kondisi bisnis dan perekonomian yang mulai bergerak kembali.
Juga FFR yang diproyeksikan akan mulai stabil, Bank Mandiri akan terus mengkaji serta memonitor kecukupan likuiditas dari waktu ke waktu serta mengelolanya secara prudent dan optimal.
“Adapun apabila dipandang terdapat kebutuhan likuiditas valas, Bank Mandiri memiliki berbagai macam alternatif untuk melakukan pendanaan baik melalui intensifikasi strategi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK),” jelasnya.
Bank Mandiri juga bisa melakukan pendanaan non-DPK atau wholesale funding melalui transaksi yang sifatnya bilateral dan penerbitan obligasi.
Rudi memastikan dalam mengeksekusi strategi pendanaan tersebut, Bank Mandiri akan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain opsi instrumen yang tersedia, timing yang tepat, serta kondisi pasar.
Baca juga: Pakai Kartu Kredit Menguntungkan Bagi Keluarga Muda, Ini 5 Alasannya!
Sedangkan Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyatakan kredit valas meningkat 35,7% secara tahunan menjadi Rp 45 triliun per September 2022.
Sedangkan DPK valas BCA mengalami pertumbuhan sebesar 11,4% secara tahunan menjadi Rp 76 triliun.
“Sejalan dengan hal tersebut, transaksi valuta asing BCA tercatat bertumbuh positif seiring dengan pemulihan ekonomi nasional saat ini.
Transaksi valuta asing yang paling banyak dilakukan di BCA adalah transaksi yang berhubungan dengan export import dan remittances,” katanya kepada Kontan.co.id.
Ia menyatakan BCA akan tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan transaksi valas sesuai dengan kebutuhan nasabah dalam berbagai jenis mata uang. (Maizal Walfajri/Herlina Kartika Dewi)