Nilai Tukar Yen Ambles, Warga Jepang Beralih ke iPhone Bekas
Jatuhnya nilai tukar yen terhadap dolar AS membuat harga iPhone baru tidak terjangkau bagi sebagian orang di Jepang.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Selama bertahun-tahun konsumen Jepang bersemangat mencari gadget baru. Namun jatuhnya nilai tukar yen melawan dolar AS membuat iPhone baru tidak terjangkau untuk sebagian orang di sana.
Hal tersebut memicu berkembangnya perdagangan barang bekas dan warga Jepang lebih memilih membeli iPhone bekas.
Dikutip dari Reuters, jatuhnya mata uang Jepang ke level terendah dalam 32 tahun terakhir terhadap dolar AS telah menekan konsumen dan mempercepat pergeseran pengeluaran yang lebih luas di ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Pengamat industri mengatakan pembeli Jepang menjadi lebih terbuka untuk membeli barang bekas, yang sebagian besar dilakukan melalui situs lelang online.
Pada Juli, Apple menaikkan harga iPhone 13 hampir seperlima.
Sedangkan iPhone 14 memulai debutnya dengan 20 persen lebih mahal dari iPhone 13, dengan harga sekitar 799 dolar AS. Sementara dolar AS telah melonjak terhadap mata uang lainnya tahun ini, dengan yen yang sangat terpukul turun 22 persen.
Warga Jepang bernama Gaji Kaoru Nagase, mengaku dia menginginkan ponsel baru namun harga iPhone 14, yang dibanderol sekitar 119.800 yen atau 814 dolar AS, tidak terjangkau olehnya.
Baca juga: Nilai Yen Terdepresiasi Cepat di Pasar Uang Jepang, Terus Melemah terhadap Dolar
Sebagai gantinya, Nagase membeli iPhone SE 2 bekas di distrik elektronik Akihabara Tokyo dengan harga kurang dari sepertiga harga iPhone 14.
"Dengan harga lebih dari 100.000 yen, iPhone 14 terlalu mahal dan saya tidak mampu membelinya. Akan baik-baik saja jika baterainya bertahan selama 10 tahun," katanya.
iPhone SE 2, dirilis pada 2020 tanpa kamera belakang ganda seperti iPhone 14, namun model ini memiliki "keseimbangan yang baik" antara biaya dan fitur yang ditawarkan, kata Nagase.
Apple menolak berkomentar untuk cerita konsumen Jepang ini. Namun dalam pengajuan peraturan tahunan bulan lalu, raksasa teknologi ini mengatakan penjualan di Jepang turun 9 persen karena pelemahan yen.
Baca juga: Nilai Tukar Yen terhadap Dolar Melemah, Kepala Federasi Eksekutif Jepang Prihatin
Kepala Keuangan Apple, Luca Maestri mengakui kepada analis pada bulan lalu bahwa dolar AS yang kuat telah menyebabkan kenaikan harga untuk produk-produk Apple di beberapa negara, namun penjualan masih tumbuh dua digit di Indonesia, Vietnam, dan pasar negara lain yang menghadapi tantangan mata uang.
Penjualan smartphone bekas tumbuh hampir 15 persen di Jepang, menuju ke rekor 2,1 juta unit pada tahun ini dan kemungkinan akan mencapai 3,4 juta pada 2026, menurut perusahaan riset pasar teknologi MM Research Institute.
Harga iPhone Baru Melambung 100.000 Yen
Taishin Chonan membeli iPhone 13 bekas setelah ponselnya mengalami keretakan layar. Ponsel baru yang Chonan beli memiliki resolusi yang lebih tinggi dan baterai serta kamera yang lebih baik dibandingkan iPhone 7 yang ia gunakan.
"Selama ini saya hanya membeli ponsel baru, ini pertama kalinya saya membeli bekas. Model-model baru itu mahal," kata pria berusia 23 tahun itu.
Bahkan setelah kenaikan harga, iPhone 14 yang dijual di Jepang adalah yang termurah di antara 37 negara lainnya ketika pajak ikut diperhitungkan, kata MM Research Institute dalam survei yang diadakan September.
iPhone terbaru sekarang dihargai di atas 100.000 yen yang menjadi "penghalang psikologis utama" bagi banyak pembeli, kata Daisuke Inoue, kepala eksekutif Belong Inc, unit perdagangan Itochu Corp, yang menjual ponsel dan tablet bekas secara online.
Rata-rata penjualan di situs e-commerce Nicosuma milik Belong telah meningkat tiga kali lipat sejak Apple menaikkan harga pada Juli dibandingkan dengan rata-rata selama tiga bulan sebelumnya, kata Inoue.
Sedangkan di pusat operasi Belong di luar Tokyo, pengiriman ponsel bekas dibuka dan disortir sebelum diperiksa, dinilai dan dibersihkan oleh pekerja di meja panjang.
Ponsel tersebut kemudian difoto dari berbagai sudut untuk dijual secara online. Belong menggunakan jaringan global Itochu untuk membantunya mencari perangkat bekas baik di Jepang maupun luar negeri, tergantung dengan harga terbaiknya, kata Inoue.
Beberapa perangkat dibeli dari pelaku bisnis, seperti tablet yang sebelumnya digunakan untuk pembayaran di kafe atau di taksi, katanya.
Banyak orang Jepang mewaspadai peredaran barang-barang bekas, termasuk elektronik, namun saat ini telah berubah.
Situs pasar Mercari mengungkapkan ada pertumbuhan yang kuat dalam penjualan smartphone bekas, sementara penjualan peralatan rumah tangga dan elektronik juga tumbuh, kata juru bicara Mercari Inc.
Sedangkan jaringan ritel Iosys Co Ltd melihat lonjakan pembeli asing yang membeli iPhone bekas dalam dua bulan terakhir.
"Yen terus melemah. Tren mengunjungi Jepang dan membeli iPhone akan kembali," kata eksekutif Iosys, Takashi Okuno.