Inflasi China Menurun 2,1 Persen di Tengah Pengetatan Lockdown Covid-19
Dengan penyusutan laju inflasi, pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan dapat tumbuh sebesar 3,9 persen pada kuartal ketiga, naik sekitar 0,4 persen
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan bahwa indeks inflasi di negaranya pada bulan Oktober telah susut menjadi 2,1 persen secara tahunan (year-on-year), turun dari inflasi di bulan September lalu yang dipatok dikisaran 2,8 persen yoy, Rabu (9/11/2022).
Meski selama beberapa bulan terakhir pemerintah China terus memberlakukan pengetatan kontrol dengan melakukan pembatasan wilayah, hingga memicu terjadinya pelemahan permintaan investor China untuk komoditas energi dan membuat perdagangan dunia melambat.
Namun kebijakan zero Covid yang dilakukan pemerintah China pada bulan lalu tak lantas membuat ekonomi China goyah, justru perekonomian negeri tirai bambu ini terus menunjukan pemulihan hingga tingkat inflasi di Oktober dapat susut. Penurunan tersebut bahkan tercatat jadi yang terendah sejak Maret 2022.
Baca juga: Episentrum Covid-19 China Kini Bergeser ke Guangzhou Saat Wabah Meluas
Ini lantaran Inflasi makanan turun menjadi 7 persen yoy dari sebelumnya dipatok 8,8 persen yoy pada September 2022, dilanjutkan penurunan Inflasi harga buah dan sayuran masing-masing turun menjadi 12,6 persen tahun-ke-tahun dan minus 8,1 persen.
Sementara inflasi non-makanan melambat menjadi 1,1 persen dari 1,5 persen. Berkat penyusutan seperti yang dilansir dari South China Morning Post.
Alasan ini yang kemudian membuat laju inflasi China pada Oktober 2022 menyusut hingga mencapai 0,1 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang dipatok sebesar 0,3 persen.
“Tidak seperti negara-negara lain di dunia, China mencetak inflasi yang rendah karena permintaan domestik yang lemah sebagai akibat dari strategi nol-Covid,” kata analis dari bank investasi Jepang Nomura.
Dengan penyusutan laju inflasi, pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan dapat tumbuh sebesar 3,9 persen pada kuartal ketiga, naik sekitar 0,4 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Baca juga: Harga Minyak Turun Dampak Kekhawatiran Investor akan Kebijakan Covid-19 di China
Meski tengah menghadapi kenaikan tipis, namun Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bahwa tidak mudah untuk pihaknya dapat menstabilkan ekonomi China di tengah pembatasan wilayah.
Oleh karenanya untuk menyokong rencana ini pemerintah akan mulai merangsang permintaan untuk mengangkat pertumbuhan pada kuartal terakhir tahun ini.