Ini Strategi LPKR Mengelola Air Secara Berkelanjutan di Kota Mandiri
CEO LPKR John Riady mengatakan tujuan pembuatan kolam retensi ini untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan yang selanjutnya diolah
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) memiliki sejumlah strategi pembangunan berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan pengelolaan air.
Hal itu terlihat pada pembangunan beberapa kolam retensi di wilayah perumahan yang dikembangkan oleh LPKR yang dikenal sebagai perusahaan real estat dan layanan kesehatan.
CEO LPKR John Riady dalam keterangannya, Kamis (10/11/2022), mengatakan tujuan pembuatan kolam retensi ini untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan yang selanjutnya diolah untuk digunakan kembali.
Baca juga: Badai PHK Massal Melanda Startup, Ini Kata John Riady
Selain itu, mengolah air limbah untuk digunakan kembali pada kegiatan operasional seperti irigasi, pembersihan saluran air, menara pendingin, dan toilet flushing.
Di kota mandiri Lippo Village yang dikembangkan LPKR, semua kebutuhan operasional seperti irigasi dan pembersihan saluran air telah menggunakan air limbah yang diolah.
"Selain operasional real estat, di properti lain seperti mal, rumah sakit, dan hotel, LPKR juga mencari cara untuk meningkatkan daur ulang air di lokasi masing-masing," ujarnya.
Pada tahun 2021, terdapat peningkatan hingga tiga kali lipat atas volume air daur ulang yang digunakan di mal dibandingkan tahun 2020.
Sementara itu, di Kemang Village, Jakarta Selatan, sirkulasi air dapat dicapai melalui daur ulang dan pengelolaan air yang bertanggung jawab.
Di bawah Kemang Village terdapat kolam retensi dengan kapasitas 100.000 m3 dan berfungsi untuk mengumpulkan air hujan dan air limpasan dari area sekitar Kemang.
Baca juga: Ini Cara John Riady Terapkan Transformasi Lippo di Tengah Arus Digitalisasi
Kolam retensi ini memiliki peran penting untuk mencegah banjir, dan juga berfungsi sebagai sumber air dalam pengembangan yang terintegrasi.
Instalasi pengolahan air di Kemang Village memproses dan memproduksi air minum, sementara instalasi pengolahan air limbah mengelola air limpasan untuk memproduksi air yang tidak dapat diminum untuk digunakan kembali.
Saat ini, 99 persen kebutuhan air di Kemang Village didapatkan dari sumber air alternatif, yang mana 63% berasal dari pengumpulan air hujan dan air limpasan dari kolam retensi dan 36% dari hasil pengolahan air limbah.
Hanya 1% pasokan air berasal dari sumber air kota.
Selain itu, Kemang Village telah secara signifikan menigkatkan efisiensi daur ulang air limbahnya dalam tiga tahun terakhir.
Pada tahun 2021, Kemang Village telah mengolah 99% air limbahnya (hanya 1% air limbah yang dibuang), naik dari 68% di tahun 2019.
John Riady mengatakan selama bertahun-tahun LPKR telah melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam mendaur ulang air hujan dan air limbah untuk menambah sumber air dan mengurangi pengambilan air.
Baca juga: SILO Tingkatkan Ekspansi Digital, LPKR Terimbas Positif
"Kami juga berkomitmen untuk menerapkan pengelolaan air secara hati-hati di seluruh unit bisnis," tegasnya.