Hilirisasi Investasi Disambut Baik pada Gelaran B20, Bahlil: Negara Berkembang Telah Diberikan Ruang
Konsep hilirisasi investasi sebelumnya pernah mendapat penolakan oleh negara-negara maju.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi sekaligus Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia menyampaikan, pada hari pertama perhelatan Konferensi Business 20 atau B20, negara-negara maju menyambut baik kesepakatan hilirisasi investasi yang diusung Indonesia sebagai tuan rumah Presidensi G20.
Kata Bahlil, hal itu merupakan kabar baik bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya.
Adapun Konferensi Business 20 atau B20 Summit 2022 ini resmi digelar di Bali pada 13-14 November 2022.
"Sekarang, kita sudah mencapai kesepahaman, bahwa negara-negara berkembang juga diberikan ruang untuk melakukan hilirisasi yang berorientasi nilai tambah. Ini kabar gembira buat kita semua," kata Bahlil dalam acara Media Gathering di Canna Cafe Bali, Minggu (13/11/2022).
Baca juga: Bicara Dalam Forum ASEAN, Jokowi Soroti Sulitnya Negera Berkembang dalam Hilirisasi Industri
Dikatakan Bahlil, konsep hilirisasi investasi sebelumnya pernah mendapat penolakan oleh negara-negara maju.
Dia berujar, Indonesia turut meminta dukungan melalui negara berkembang lain untuk menghadapi kesepakatan alot itu.
"Ternyata negara-negara yang tergabung dalam G20 khusunya negara maju itu, diawal belum mengakui tentang konsep hilirisasi tentang nilai tambah. Itu mereka engga mau," ujarnya.
"Kita berjuang betul, kita minta dukungan dari negara berkembang yang tergabung G20 termasuk Argentina, Brazil, Afrika, India," sambungnya.
Lebih lanjut, Bahlil berujar, Indonesia akan jadi negara maju apabila pendapatan perkapita yang sekarang mencapai 4.500 dolar Amerika Serikat menjadi 10 dolar Amerika Serikat.
"Instrumennya adalah transpomasi ekonomi, dan transformasi ekonomi itu instrumen nya adalah hilirisasi yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah," ucapnya.
"Kemudian di sana akan terdapat tenaga kerja, yang mumpuni untuk gaji mereka juga bisa layak," sambungnya.
Kata dia, negara-negara berkembang memiliki sumber daya yang melimpah, justru membuktikan bahwa memiliki nilai tambah yang signifikan.
"Yang kita semua punya, sumber daya alam, negara-negara ini punya sumber daya alam yang bagus. Tapi sebagian negara maju itu pengennya kita ekspor barang mentah, agar nilai tambah nya bisa ada di negara mereka," tegasnya.
Meski demikian, Bahlil berharap antuasias dari negara yang mengikuti gelaran B20 merupakan sinyal positif bagi Indonesia sebagai penyelenggara Presidensi G20.
"Saya disini sudah empat hari, dan alhamdulillah animo dari peserta khususnya dari luar negeri yang mengikuti kegiatan tahapan awal sebelum masuk ke puncaknya. Bahkan saya melihat ini sebuah sinyal positif dari keberadaan Indonesia sebagai presidensi dari G20," tegasnya.