Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PM Thailand Menyerukan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan di Tengah Ketegangan Geopolitik

Perdana Menteri Thailand mengatakan negara-negara APEC harus menghentikan praktik masa lalu untuk mengatasi tantangan pandemi, perubahan iklim

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in PM Thailand Menyerukan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan di Tengah Ketegangan Geopolitik
http://static.guim.co.uk
Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha. Prayuth Chan Ocha meminta para pemimpin dunia untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di ketegangan geopolitik atas Ukraina dan Korea Utara. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan Ocha meminta para pemimpin dunia untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di ketegangan geopolitik atas Ukraina dan Korea Utara.

Hal tersebut diungkapkan Prayuth dalam forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bangkok, hari ini, Jumat (18/11/2022).

Perdana Menteri Thailand mengatakan negara-negara APEC harus menghentikan praktik masa lalu untuk mengatasi tantangan pandemi, perubahan iklim, dan perpecahan geopolitik.

Baca juga: Di sela KTT APEC, Presiden Jokowi Lakukan Pertemuan dengan Mohammed bin Salman

“Kita tidak bisa lagi hidup seperti dulu. Kita perlu menyesuaikan perspektif kita, cara hidup dan cara berbisnis,” kata Prayuth saat membuka forum tersebut, yang dikutip dari Al Jazeera.

Pertemuan tersebut, yang terjadi setelah KTT Asia Timur di Kamboja dan KTT G20 di Bali, telah mempertemukan pemimpin dunia termasuk Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Pemimpin Rusia Vladimir Putin berhalangan hadir.

Biden harus menghadiri pernikahan cucunya sehingga diwakili oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris, sedangkan Putin diwakili oleh Wakil Perdana Menteri Pertama Andrei Belousov.

APEC secara resmi diadakan untuk mendorong pembangunan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik, namun pertemuan itu diperkirakan akan didominasi perbincangan mengenai ketegangan geopolitik atas perang Rusia di Ukraina dan peluncuran terbaru rudal balistik antarbenua Korea Utara.

Berita Rekomendasi

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan dalam pertemuan tersebut, Tokyo mengajukan "protes keras" atas uji coba rudal terbaru Korea Utara yang mendarat di perairan prefektur Hokkaido di utara Jepang.

Baca juga: Saat KTT APEC, Presiden Jokowi Dorong Pembiayaan Infrastruktur Bagi Negara Berkembang

Harris dan Kishida, bersama dengan pemimpin Korea Selatan, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, mengadakan pertemuan darurat mengenai peluncurnan rudal tersebut di sela-sela forum.

Wakil Presiden AS mendesak agar Pyongyang menghentikan tindakan destabilisasi yang melanggar hukum lebih lanjut.

Perang Rusia di Ukraina juga menjadi agenda utama dalam pertemuan itu, karena telah memperburuk krisis biaya hidup yang menyebabkan inflasi di banyak negara.

Terlepas dari perpecahan atas peran Rusia dalam konflik tersebut, G20 pada Rabu (16/11/2022) mengeluarkan deklarasi yang menyatakan mayoritas anggota mengutuk agresi Rusia di Ukraina dan mencatat bahwa ada pandangan dan penilaian yang berbeda.

Pada Kamis (17/11/2022), Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai menyatakan keprihatinan mengenai meningkatnya mentalitas batal yang menembus setiap percakapan dan tindakan dan membuat kompromi apa pun tampak mustahil.

"Itulah mengapa APEC tahun ini harus mengatasi tantangan ini dan memberikan harapan kepada dunia pada umumnya bahwa, secara kolaboratif, ada ruang bagi kita untuk menang dan sejahtera,” kata Don.

Xi Jinping pada Kamis juga memperingatkan bahwa tumbuhnya mentalitas Perang Dingin, hegemonisme, unilateralisme dan proteksionisme akan menjadi tantangan berat bagi ekonomi global.

Baca juga: Presiden Jokowi Ajak Pemimpin APEC Kolaborasi Kendalikan Inflasi dan Jaga Ketahanan Pangan

“Tindakan yang mendistorsi norma internasional, mengganggu hubungan ekonomi, meningkatkan konflik di kawasan, dan menghambat kerja sama pembangunan sudah terlalu umum,” kata Xi dalam sambutannya.

“Semua ini menimbulkan tantangan serius bagi perdamaian dan pembangunan di Asia-Pasifik,” sambungnya.

APEC, yang dibentuk pada 1989 untuk mempromosikan perdagangan bebas regional dan kerja sama ekonomi, mewakili lebih dari 60 persen ekonomi global dan hampir separuh perdagangan global.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas