Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Tingkatkan Dana Kelolaan Pada 2023, MAMI Ingin Produknya Disesuaikan Kebutuhan Investor

Dana kelolaan yang dikelola Manulife Aset Manajemen Indonesia per Oktober 2022 dibukukan senilai Rp 48,78 triliun.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Tingkatkan Dana Kelolaan Pada 2023, MAMI Ingin Produknya Disesuaikan Kebutuhan Investor
Endrapta Pramudhiaz
CEO & Presiden Direktur MAMI Afifa usai menanam mangrove dalam rangka Hari Pohon Sedunia di Pantai Labuan, Pandeglang, Banten, Senin (21/11/2022). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memiliki cara tersendiri dalam meningkatkan dana kelolaan atau assets under management (AUM).

Sebelumnya, diberitakan AUM yang dikelola MAMI per Oktober 2022 dibukukan senilai Rp 48,78 triliun.

Dikutip dari Kontan.co.id, nilainya turun 21,6 persen dari periode sama tahun lalu yang berhasil mencapai Rp 62,4 triliun.

Menyikapi penurunan itu, CEO & Presiden Direktur MAMI Afifa menyebut tujuan mereka adalah selalu hadir dalam kondisi market yang berbeda. Baik itu buruk atau sebaliknya.

Baca juga: Genjot Jalur Distribusi DPLK, Asuransi Simas Jiwa Bidik Dana Kelolaan Rp 810 Miliar

"Jadi yang selalu kami targetkan adalah bagaimana kami bisa menyiapkan satu solusi terbaik untuk investor kami," katanya usai menanam mangrove dalam rangka Hari Pohon Sedunia di Pantai Labuan, Pandeglang, Banten, Senin (21/11/2022).

Saat ini, MAMI memiliki 1,9 juta investor dan angka itu dinilai bukan angka yang sedikit.

BERITA REKOMENDASI

Ia berujar selalu berupaya menjaga para investornya.

Dari sisi produk, mereka tak pernah mendorongnya kepada para investor.

Tapi, lebih menyesuaikan kebutuhan dari masing-masing investor yang beragam.

"Ditambah dengan kondisi seperti ini yang tentunya disikapi dengan cara berbeda oleh masing-masing investor," ujar Afifa.

Menyongsong 2023, ia juga mengatakan MAMI masih pada posisi netral menyikapi tren pertumbuhan industri reksa dana.


Artinya, ia melihat market masih menunggu kapan puncaknya kenaikan suku bunga.

Namun, ia menyebut investor tetap harus berada di market karena menjadi sebuah kerugian bagi mereka bila tidak.

"Tidak invest (sama sekali) malah justru memberikan kerugian karena tingkat inflasi yang tinggi berarti kita harus mencari kegiatan yang baik," ujar Afifa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas