Kamis Pagi Rupiah Menguat ke Level Rp 15.648 per Dolar AS
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp 15.648 pada Kamis (24/11/2022) pukul 09.45 WIB.
Sebelumnya pada Rabu (23/11/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.686
Jika dilihat lebih detail, rupiah mengalami penguatan 38 poin.
Baca juga: Rabu Sore, Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis Terhadap Dolar AS, Kini di Level Rp15.686
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
"Untuk perdagangan besok (hari ini), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.670 hingga Rp15.740," ucap Ibrahim dalam analisanya.
Pada kemarin, nilai tukar mata uang Garuda mengalami pelemahan. Fluktuasi rupiah utamanya masih disebabkan sentimen internal dan juga eksternal.
Untuk faktor eksternal, nilai tukar rupiah utamanya masih terdampak indeks dolar AS yang masih stabil di posisi yang kokoh, dan adanya wacana kenaikkan suku bunga The Fed.
"Dolar AS stabil pada hari Rabu karena investor meredam selera risiko mereka menjelang rilis risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve yang dapat memberikan petunjuk tentang prospek inflasi dan suku bunga," ucap Ibrahim.
Baca juga: Selasa Sore, Nilai Tukar Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Kini di Level Rp15.696
"The Fed pada hari Rabu akan merilis risalah dari pertemuan terbarunya, dengan investor mencari tanda-tanda diskusi seputar memoderasi laju kenaikan suku bunga," sambungnya.
Untuk faktor internal, fluktuasi rupiah terdorong sentimen resesi di tahun 2023 yang ditakutkan oleh hampir semua negara di dunia kemungkinan menjadi kenyataan.
Hal ini setelah Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto global diproyeksikan turun dari 3,1 persen tahun ini menjadi 2,2 persen pada 2023.
Oleh karena itu, pemerintah harus tetap waspada dan mencari jalan keluar terbaik guna untuk bisa mempertahankan pertumbuhan ekonominya di atas 5 persen.