Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bursa Saham Hong Kong Merosot di Tengah Aksi Protes Covid-19 China

Di China Daratan, indeks Shanghai Composite turun 0,75 persen menjadi 3.078,55, dan indeks Shenzhen Component turun 0,69 persen menjadi 10.829,08.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Bursa Saham Hong Kong Merosot di Tengah Aksi Protes Covid-19 China
istimewa
Ilustrasi saham. Bursa saham Hong Kong memimpin penurunan dalam sesi perdagangan di Asia-Pasifik yang negatif hari ini, Senin (28/11/2022) di tengah aksi protes Covid-19 di China. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Bursa saham Hong Kong memimpin penurunan dalam sesi perdagangan di Asia-Pasifik yang negatif hari ini, Senin (28/11/2022) di tengah aksi protes Covid-19 di China.

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,63 persen, sementara indeks teknologi Hang Seng turun 2,07 persen. Di China Daratan, indeks Shanghai Composite turun 0,75 persen menjadi 3.078,55, dan indeks Shenzhen Component turun 0,69 persen menjadi 10.829,08.

Yuan China melemah tajam terhadap dolar AS setelah berakhir pada pekan lalu di level 7,20 per dolar.

Baca juga: Indeks Bisnis UMKM BRI Q3 2022: Bisnis UMKM Tetap Tumbuh di Tengah Kenaikan Inflasi

Bank Rakyat China selama akhir pekan kemarin mengumumkan akan memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank sebesar 25 basis poin menjadi 7,8 persen dan menyuntikkan sekitar 500 miliar yuan dalam likuiditas jangka panjang.

Biro Statistik Nasional China mengatakan keuntungan industri turun 3 persen selama 10 bulan pertama tahun ini secara year-on-year. Sebelumnya pada periode Januari hingga September, laba industri turun 2,3 persen.

Keuntungan produsen turun 13,4 persen pada sepuluh bulan pertama, sedikit lebih rendah dari penurunan 13,2 persen pada periode Januari-September.

"Keuntungan industri terus berada di bawah tekanan karena harga terbebani oleh permintaan domestik yang lemah secara keseluruhan dan biaya input tetap tinggi di beberapa sektor manufaktur," kata analis di China Everbright Bank, Zhou Maohua.

Berita Rekomendasi

Sektor-sektor yang menunjukkan penurunan paling tajam termasuk industri pengolahan minyak bumi, batu bara dan bahan bakar yang mengalami penurunan laba sebesar 70,9 persen.

Baca juga: IHSG Diprediksi Menguat Usai Melemah pada Akhir Pekan Kemarin, Perhatikan Beberapa Saham Ini

Sementara di sembilan bulan pertama tahun ini, sektor-sektor tersebut mengalami penurunan 67,7 persen.

Beberapa sektor yang telah mengalami pertumbuhan laba yang kuat melihat laju pertumbuhan melambat secara signifikan.

Di sektor pertambangan, laba tumbuh 60,4 persen, dibandingkan dengan kenaikan 76,0 persen selama sembilan bulan pertama.

Bulan lalu, output industri China melonjak 5 persen dari tahun sebelumnya, meleset dari ekspektasi untuk kenaikan 5,2 persen dalam jajak pendapat Reuters dan melambat dari pertumbuhan 6,3 persen pada September.

Data laba industri mencakup perusahaan besar dengan pendapatan tahunan di atas 20 juta yuan dari operasi utama mereka.

Di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,42 persen menjadi 7.229,10 karena penjualan ritel turun 0,2 persen pada Oktober dari bulan sebelumnya.

Indeks Nikkei 225 turun 0,42 persen menjadi 28.162,83, dan indeks Topix turun 0,68 persen menjadi 2.004,31.

Indeks Kospi di Korea Selatan turun 1,21 persen menjadi 2,408,27.

Sejak Oktober, wabah Covid-19 semakin meningkat dan kemarahan publik juga meningkat atas kebijakan keras nol-COVID China yang memicu protes oleh penduduk negara itu selama akhir pekan lalu.

Baca juga: Analis: Perlambatan Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed Jadi Sentimen Positif ke Pasar Saham

Sementara menurut analis, tidak mudah untuk mengalihkan produksi iPhone Pro terbaru Apple dari pabrik di Zhengzhou, China, di mana protes pekerja terhadap kebijakan nol-Covid yang merugikan rantai pasokan.

“IPhone 14 Pro dan Pro Max tetap diproduksi secara eksklusif di Zhengzhou,” kata analis senior teknologi baru dari perusahaan investasi Oppenheimer, Martin Yang.

“Itu menunjukkan kepada saya bahwa iPhone kelas atas memiliki serangkaian proses produksi yang berbeda, yang tidak mudah untuk ditransfer ke tempat lain. Dan seringkali itu mengacu pada peralatan yang sangat khusus dan tenaga kerja terlatih yang tidak tersedia di tempat lain,” tambahnya. 

Namun, dia mengatakan memiliki keyakinan tinggi bahwa pelanggan tidak akan beralih ke pesaing Samsung karena keunggulan kompetitif Apple.

Keunggulan iPhone atas ponsel Android telah tumbuh karena Apple mampu mengamankan suku cadang kelas atas dengan biaya lebih rendah sementara "orang lain terjepit oleh margin," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas