Nasib GOTO, Seret Para Emiten Pemilik Sahamnya Ikut Terjun Bebas
Sepanjang perdagangan, saham GOTO ditransaksikan sebanyak 241,01 juta dengan nilai mencapai Rp25,79 miliar.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pergerakan saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) semakin anjlok hingga level paling rendah.
Saham GOTO pada akhir perdagangan hari ini anjlok ke level Rp107 per saham atau turun 6,96 poin dari penutupan perdagangan hari sebelumnya Rp115 per saham.
Sepanjang perdagangan, saham GOTO ditransaksikan sebanyak 241,01 juta dengan nilai mencapai Rp25,79 miliar.
Baca juga: Saham GOTO Terus Merosot hingga Sentuh ARB, Driver Gojek Pun Khawatir: Order Mulai Berkurang
Ternyata hal itu menyeret harga saham emiten yang berkaitan dengan investasi di GOTO.
Beberapa perusahaan pemilik saham GOTO pun turut terjun bebas.
Nasib mereka sama-sama nahas.
Pergerakan harga saham GOTO pada Rabu (7/12/2022) tak jauh beda dari sebelumnya, yakni merosot hingga mentok auto rejection bawah (ARB).
Sampai dengan penutupan pasar, saham GOTO ambles 6,96 persen, menyeret ke level harga Rp 107. Ada dua kategori emiten yang terikat investasi dengan GOTO.
Pertama, emiten yang menanamkan investasi di GOTO. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII) masuk dalam kategori ini.
Setelah kemarin ikut terseret ARB, hari ini TLKM merangkak naik 2,22% ke harga Rp 3.680. Tapi gerak saham TLKM masih memerah.
Secara year to date (YTD) maupun mingguan, TLKM mengalami penurunan 8,91%. Saham ASII turut terkoreksi dalam empat hari beruntun.
Baca juga: Saham GOTO Terus Merosot hingga Sentuh ARB, Driver Gojek Pun Khawatir: Order Mulai Berkurang
Hari ini, saham ASII melorot 2,55% ke harga Rp 5.725. Sepekan terakhir, saham ASII memerah 5,37%. Memangkas gerak naik saham ASII sejak awal tahun menjadi tinggal 0,44%.
Kategori kedua adalah emiten yang sahamnya ikut dimiliki oleh GOTO. Misalnya saja PT Blue Bird Tbk (BIRD).
GOTO memegang sekitar 108,20 juta lembar atau 4,33% saham emiten taksi tersebut. Kemudian PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Lewat anak usahanya, PT Dompet Karya Anak Bangsa, GOTO mengantongi 2,96 miliar lembar atau 21,40% saham emiten bank digital tersebut.
Selanjutnya ada PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Di dalam emiten pemilik jejaring ritel Hypermart ini, GOTO menggenggam 507,14 juta lembar atau 6% saham.
Dalam sepekan terakhir, ketiga saham tersebut kompak memerah. Pada perdagangan hari ini, saham BIRD merosot 0,65% ke harga Rp 1.525.
ARTO anjlok 1,73% menjadi Rp 3.980, dan MPPA ambles 1,32% ke posisi Rp 149.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama, Nicodimus Kristiantoro melihat penurunan harga signifikan pada GOTO berpengaruh pada TLKM dan ASII sebagai pemegang saham.
Selain secara sentimen berdampak pada gerak saham, kondisi ini juga akan mencoreng laporan keuangan ASII dan TLKM pada bagian hasil investasi.
Baca juga: Singapura Borong Saham GOTO Saat Harganya Terpuruk
"Penurunan harga saham GOTO yang signifikan ini berpotensi membuat laba bersih dari ASII dan TLKM tergerus akibat unrealized loss dari penurunan harga wajar GOTO," kata Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (7/12).
Sekadar mengingatkan, per kuartal III-2022, laba bersih TLKM terpangkas 12,14%.
Penurunan laba bersih emiten telekomunikasi plat merah ini disebabkan kerugian yang belum direalisasi alias unrealized loss dari perubahan nilai wajar atas investasi sebesar Rp 3,08 triliun.
Pada periode yang sama, nasib ASII lebih beruntung ketimbang TLKM.
ASII masih mencatatkan keuntungan nilai wajar (unrealized gain) atas investasi pada GOTO senilai Rp 1,08 triliun.
Dengan kata lain, jika harga saham GOTO terus merosot, maka unrealized loss TLKM atas investasi di GOTO akan semakin dalam.
Baca juga: Tanggapi Harga Saham GOTO yang Ambles, Telkomsel: Kami Fokus Jangka Panjang
Bagi ASII, keuntungan investasinya akan tergerus, bahkan bisa jadi akan berbalik menjadi rugi.
"Penurunan harga wajar GOTO secara signifikan meningkatkan risiko pasar terhadap penurunan laba bersih pada laporan keuangan berikutnya. Efeknya saham ASII dan TLKM juga berpotensi menurun," terang Nico.
Meski berpotensi menggerus laba, tapi TLKM masih bergeming. Vice President Corporate Communications Telkomsel, Saki Hamsat Bramono, menekankan bahwa setelah GOTO menjadi perusahaan publik pergerakan nilai saham yang fluktuatif merupakan hal wajar.
Dampaknya bisa saja berjalan dalam jangka pendek. Sehingga tetap memiliki peluang untuk tumbuh sesuai dengan konsistensi pengembangan bisnis GOTO, terutama di sektor digital secara jangka panjang.
"Kami meyakini kolaborasi dari synergy value yang telah terbangun antara Telkomsel bersama Gojek telah memperkuat ekonomi digital nasional secara berkelanjutan," ujar Saki kepada Kontan.co.id, Rabu (7/12).
Sekadar mengingatkan, melalui anak usahanya yakni PT Telkomsel, TLKM memborong 23,7 miliar lembar saham GOTO senilai US$ 450 juta atau setara Rp 6,4 triliun berdasarkan kurs rupiah saat itu.
Transaksi dilakukan pada 18 Mei 2021. Saki bilang, aksi korporasi itu merupakan strategic investment Telkomsel kepada GoTo.
Baca juga: IHSG Ditutup ke Zona Merah, Saham GOTO Teratas di Jajaran Top Losers, Turun 6,82 Persen
Langkah ini dimaksudkan membuka peluang pengembangan bisnis untuk menghadirkan potensi new revenue generator beyond connectivity.
Sementara itu, Head of Investor Relations ASII, Tira Ardianti enggan mengomentari secara langsung mengenai investasi ASII di GOTO.
"Yang terjadi di pasar saham hari ini kan bukan hanya disebabkan oleh single factor," kata Tira.
Tira menegaskan, dalam strategi investasi, Grup Astra tidak mendasarkan keputusan bisnisnya secara terburu-buru.
Dia memastikan, setiap investasi bisnis Grup Astra akan dievaluasi dari waktu ke waktu secara hati-hati mempertimbangkan kepentingan seluruh stakeholders. Sejauh ini, belum ada aksi korporasi yang akan dilakukan ASII.
"Kami akan taat pada aturan yang berlaku. Jadi kalau ada rencana aksi korporasi, akan disampaikan sesuai aturan. Saat ini belum ada update," tandas Tira.
Berbeda dari TLKM dan ASII, Nico melihat amblesnya GOTO tak berdampak signifikan pada penurunan saham emiten yang ikut dimiliki GOTO.
Baca juga: Saham GOTO Longsor 65 Persen, Berikut Analisis Pengusaha Peter Gontha
Meliputi BIRD, ARTO, dan MPPA. Dengan kata lain, tren turun ketiga saham itu lebih didorong oleh kinerja dan faktor teknikal masing-masing saham.
Secara teknikal, ketiga saham itu berada dalam downtrend yang ditunjukkan oleh indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) dan Parabolic SAR.
Meski begitu, indikator teknikal saham TLKM, ASII, BIRD, ARTO, dan MPPA dalam jangka pendek masih kompak berada dalam area downtrend.
Jika ingin masuk, Nico menyarankan agar investor wait and see terlebih dulu.
Investor bisa mulai koleksi ketika volume tekanan jual mereda, arah mulai sideways dan terkonfirmasi di hari berikutnya dengan kenaikan harga.
"Secara pola masih downtrend, masih volatile, dan saya merekomendasikan hold dulu," terang Nico.
Untuk ASII dan TLKM, Nico melihat keduanya punya prospek yang cerah secara jangka panjang. Terutama dengan diversifikasi lini usaha yang luas.
Pelaku pasar juga mesti mencermati aksi korporasi lanjutan dari TLKM dan ASII.
Saran Nico, investor bisa mencermati area support ASII di harga Rp 5.525 dan resistance pada level Rp 6.175.
Sedangkan support TLKM ada di Rp 3.420 dan resistance pada area Rp 4.050. (Kontan/Ridwan Nanda Mulyana/Herlina Kartika Dewi)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Saham Emiten yang Investasi di GoTo Gojek Tokopedia Terseret Penurunan Saham GOTO"