Saham Asia di Bursa Wall Street Dibuka Naik Jelang Rapat Putusan The Fed
Rapat keputusan The Fed yang akan digelar pada Selasa (13/12/2022) mendatang, telah menyeret naik sejumlah saham di perdagangan Asia-Pasifik.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Menjelang perilisan data fundamental terkait kebijakan suku bunga acuan yang akan dilakukan bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) dalam rapat FOMC, pergerakan bursa Asia di perdagangan Wall Street dibuka naik, Jumat (9/12/2022).
Rapat keputusan The Fed yang akan digelar pada Selasa (13/12/2022) hingga Rabu (14/12/2022) mendatang, telah menyeret naik sejumlah saham-saham di perdagangan Asia-Pasifik.
Dimana kinerja saham Indeks Hang Seng Hong Kong melesat 2,2 persen sementara indeks komposit Shanghai China dibuka rebound dengan naik sebanyak 0,1 persen. Lonjakan saham terjadi setelah kontraksi ekonomi di China mereda akibat pelonggaran kebijakan nol-Covid.
Baca juga: The Fed Sebut Kenaikan Suku Bunga Lebih Kecil Bisa Terjadi pada Desember 2022
Dorongan ini yang kemudian membuat saham-saham China khususnya properti memperpanjang kenaikan diatas ekspektasi .
Tak hanya saham China, pergerakan pasar saham Topix Jepang naik 1 persen diikuti lonjakan Nikkei Jepang yang menguat 1,1 persen. Menyusul yang lainnya indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang melesat sebesar 0,9 persen setelah tiga bulan terakhir mengalami penurunan.
Sementara itu bursa indeks Kospi Korea Selatan juga terkerek naik 0,6 persen, tak hanya bursa Asia beberapa bursa lainnya yang diperdagangan di Wall Street juga mencatatkan lonjakan seperti ndeks Kospi Korea Selatan naik 0,6 persen.
Diikuti indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,5 persen, dan Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,4 persen dari sebelumnya. Diluar itu saham S&P 500 berjangka naik 0,2 persen pada pukul 6:09 pagi waktu London. Sementara S&P 500 naik 0,8 persen dan Nasdaq 100 naik 1,2 persen.
Sinyal positif juga terlihat dari reboundnya harga perdagangan Minyak mentah West Texas Intermediate yang naik 0,6 persen menjadi 71,92 dolar AS per barel serta perdagangan emas spot yang melesat 0,4 persen menjadi 1.795,68 dolar AS per ons
Semua kenaikan ini terjadi selain imbas pelonggaran nol-covid di China, juga karena sinyal perlambatan laju inflasi menjadi 8,0 persen selama November.
Meski The Fed sendiri belum merilis pernyataan resmi, namun adanya prediksi ini membuat para ekonom meyakini apabila di pertemuan selanjutnya The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter di kisaran 50 basis point atau 4,25 persen hingga 4,50 persen. Kemudian penurunan berlanjut jadi 4,9 persen pada Mei 2023.
Baca juga: Analis: Perlambatan Kenaikan Suku Bunga Acuan The Fed Jadi Sentimen Positif ke Pasar Saham
Berbanding terbalik dengan proyeksi ekonom, JPMorgan Asset Management justru melihat lebih banyak ruang bagi ekuitas untuk turun dari level saat ini, oleh karenanya JPMorgan meminta agar masyarakat waspada akan adanya gelombang inflasi.
"Kami masih berpikir tahun depan ini akan menjadi prospek ekonomi global yang cukup suram, mengingat semua pengetatan yang telah kita lihat sepanjang tahun ini," kata Sylvia Sheng, ahli strategi multi-aset global, di Bloomberg Television.