Bali Bersihkan Sampah Plastik di Laut untuk Dukung Industri Pariwisata Berkelanjutan
Salah satu sampah plastik di laut yang menjadi sorotan adalah di Bali, destinasi wisata nomor satu di Indonesia.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pencemaran plastik di laut selama ini menjadi pekerjaan rumah yang kompleks bagi semua pihak termasuk Pemerintah Pusat, pemerintah daerah serta pelaku industri pariwisata dalam upaya menjaga animo wisatawan tetap berkunjung ke Indonesia.
Salah satu sampah plastik di laut yang menjadi sorotan adalah di Bali, destinasi wisata nomor satu di Indonesia. Sampah-sampah plastik mengotori kawasan pantai dan pesisir yang menjadi destinasi favorit wisatawan.
Problem sampah laut sendiri tidak semata-mata datang langsung dari laut, namun lebih jauh ke hulu, namun melibatkan tanggung jawab industri dalam memproduksi dan mendistribusikan produk yang mengandung kemasan plastik, dan keterlibatan masyarakat dan konsumen dalam menangani sampah yang dihasilkan sebagai rantai panjang daur ulang sampah plastik.
Baca juga: Sulap Sampah Kota Jadi Bahan Baku Co-Firing, PLN & Pemkot Cilegon Kolaborasi Bangun Pabrik Biomassa
“Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), di mana salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di seminar “Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan,” yang diselenggarakan hybrid, Sabtu, 10 Desember 2022.
Untuk mewujudkan aksi nyata tersebut, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi.
Mengutip hasil riset Sustainable Travel Report, Sandiaga mengatakan, 83 persen wisatawan menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting dan 62 persen wisata global lebih memilih destinasi dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan.
Karena itu dia menekankan pentingnya upaya serius mengatasi sampah plastik di laut pada destinasi wisata saat ini. "Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smartgreen destination," ungkap Sandiaga.
Wakil Gubernur Bali, Prof. Tjokorda Oka Artha atau yang akrab disapa Cok Oka dalam kesempatan yang sama jmenyampaikan, sektor pariwisata di Bali saat ini sedang dalam pemulihan.
Masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali ini harus diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dari aspek-aspek seperti salah satunya kebersihan.
“Merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu untuk menjaga kearifan Bali. Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggung jawab. Kewajiban ini perlu diingat dan diimplementasikan kembali di masa sekarang,” ujarnya.
Baca juga: Suporter Timnas Ghana Ikuti Jejak Suporter Timnas Jepang, Bersihkan Sampah di Stadion Seusai Laga
Dia menjelaskan, lingkungan pantai memiliki banyak fungsi bagi masyarakat Bali yang sebagian besarnya dikelilingi oleh pantai, mulai dari fungsi budaya, konservasi, transportasi, dan lain-lain.
Namun, persoalan-persoalan terkait pencemaran sampah tidak dapat dihindari, mulai dari sampah kayu pada musim-musim tertentu, limbah cair, bahkan limbah minyak di daerahdaerah pelabuhan.
I Made Teja, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali mengatakan, pihaknya sudah berusaha dari hulu ke hilir memperhatikan masalah lingkungan, dari gunung, danau, sungai, mata air hingga ke pantai dan laut, karena berbicara lingkungan itu sifatnya multi-sektor.