Gambaran Analis Soal Prospek Saham BTN Jelang Pelaksanaan Penerbitan Saham Baru
Penutupan perdagangan kemarin, saham BBTN menguat 1,10% ke level 1.380, dan pada pagi ini sekitar pukul 09.58 WIB naik ke posisi Rp1.385 per saham.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mulai mengalami peningkatan menjelang cum date rights issue BTN yakni pada 22 Desember 2022.
Pada penutupan perdagangan kemarin, saham BBTN menguat 1,10 persen ke level 1.380, dan pada pagi ini sekitar pukul 09.58 WIB naik ke posisi Rp1.385 per saham.
Sejak awal Desember 2022, saham BBTN telah bergerak turun dari posisi Rp 1.535 menuju Rp 1.365 pada penutupan Jumat 16 Desember 2022.
Saham bank ini telah terkoreksi 11,07% dalam 12 hari perdagangan bursa.
Baca juga: Bisnis Pembiayaan Rumah Diprediksi Tumbuh Positif, BTN Bidik 5,8 Juta Milenial
Analis Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya menilai rights issue BBTN tetap menarik untuk diikuti karena harganya cukup murah.
Menurutnya, dengan posisi saham BBTN saat ini, risiko untuk penurunan harga jauh lebih rendah dibandingkan potensi kenaikannya.
“Sebenarnya anomali ketika saham BBTN terkoreksi menjelang cum date rights issue. Namun, begitulah market, bisa bergerak di luar kebiasaan dan prediksi banyak analis. Rights issue BBTN kali ini bakal sukses karena mereka punya rekam jejak positif dalam melakukan aksi korporasi,” kata Cheryl yang dikutip dari Kontan, Rabu (21/2/2022).
Cherly menjabarkan BTN pernah sukses melakukan dua aksi korporasi terkait saham, yakni initial public offering (IPO) pada 2009 dengan meraup dana Rp 1 ,88 triliun dan rights issue pertama pada 2012 dengan nilai Rp 1,87 triliun. Kedua aksi korporasi sukses terlaksana, meski kondisi ekonomi saat itu penuh tekanan.
IPO BTN digelar ketika dunia sedang gonjang ganjing krisis subprime mortgage di Amerika Serikat (AS).
Sedangkan rights issue dilakukan di saat The Fed mulai menghentikan stimulus ekonomi yang digelontorkan untuk memulihkan ekonomi akibat krisis 2008. Kondisi yang disebut taper tantrum itu membuat likuiditas dolar di sejumlah negara berkembang mengering.
Cheryl menyebut valuasi dalam dua aksi korporasi sebelumnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rights issue tahun ini. Pada 2009, BTN menggelar IPO dengan nilai 1,5x PBV sebelum IPO.
Price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan. Rasio price to book value yang lebih kecil dari 1 dapat mengindikasikan saham perusahaan adalah murah karena masih lebih rendah dari nilai buku, begitu pula sebaliknya.
Pada 2012, BTN menggelar rights issue dengan nilai 1,3x PBV. Kala itu nilai buku per saham BTN sebelum rights issue di sekitar Rp 920.
Setelah 10 tahun berlalu, nilai BBTN saat ini menembus Rp 2.039. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp 1.200 saat ini maka itu setara dengan 0,58x PBV.