Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Wapres Akui Harga Beras Cenderung Naik, Tapi Bukan yang Termahal di Asia Tenggara

Menurut Bank Dunia, harga beras di Indonesia lebih mahal dibandingkan Filipina, Vietnam, Kamboja dan Thailand.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Wapres Akui Harga Beras Cenderung Naik, Tapi Bukan yang Termahal di Asia Tenggara
Wartakota/Henry Lopulalan
Aktivitas pekerja di Gudang Beras Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020). Wakil Presiden Maruf Amin membantah informasi yang disampaikan Bank Dunia yang menyatakan harga beras di Indonesia salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara dalam satu dekade ini. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Maruf Amin membantah informasi yang disampaikan Bank Dunia melalui laporan Indonesia Economic Prospect (IEP) edisi Desember 2022 yang menyatakan harga beras di Indonesia dalam satu dekade terakhir menjadi salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Namun dia mengakui belakangan harga beras nasional cenderung naik.

Sebelumnya, Bank Dunia menyatakan, harga beras di Indonesia lebih mahal dibandingkan Filipina, Vietnam, Kamboja, dan Thailand.

Ma’ruf Amin mengungkapkan, harga beras di tanah air memang fluktuatif tetapi dalam batas wajar, karena salah satunya dipengaruhi masa panen.

“Harga beras kalau dilihat sekarang ini memang agak naik ya. Tapi nanti saat panen itu turun, jadi ada masa turun ada masa naik, tapi dalam batas-batas yang wajar,” ungkap Ma'ruf melalui keterangan tertulis, Jumat (23/12/2022).

Dalam menilai harga beras, menurut Ma'ruf, semestinya dilihat secara rata-rata dan penilaian tidak boleh hanya ketika harga beras tinggi atau rendah saja.

Berita Rekomendasi

“Jadi kalau mau menilai harga beras itu harus dirata-rata, jadi ketika murah, ketika naik itu dirata-rata menjadi berapa,” kata Ma'ruf.

Sebab selain dipengaruhi waktu panen, Ma'ruf mengungkapkan harga beras di Indonesia juga cenderung naik pada situasi tertentu, seperti menjelang lebaran dan tahun baru.

“Memang di Indonesia begitu, kalau mau tahun baru naik, mau lebaran naik, dan kebetulan paceklik kan? Nanti kalau sudah itu turun lagi,” jelas Ma'ruf.

Dia mengatakan, harga beras Indonesia bukan yang termahal atau pun yang termurah di kawasan ASEAN.

Baca juga: Harga Beras di Indonesia Paling Mahal se-ASEAN, Bank Dunia Beberkan Sejumlah Faktor Penyebabnya

“Kalau dilihat indikasi secara keseluruhan tidak yang termahal, mungkin juga bukan yang termurah. Tapi agak murahlah, di atas yang termurah mungkin, antara itu, tapi bukan yang termahal,” ujarnya.

Wapres menuturkan, kebijakan manajemen perberasan di tanah air saat ini sudah sangat baik, mulai dari peningkatan kualitas, pengadaan, hingga distribusi kepada masyarakat.

“Kemudian ya tentu harga beras. Ini semuanya sudah sangat baik sekali. Semua sudah berjalan, pengadaan, semua,” tutur Ma'ruf.

Baca juga: Ketua Umum Perpadi Ungkap Biang Kerok Naiknya Harga Beras, Ini Faktornya

Dalam beberapa tahun terakhir, Ma'ruf mengatakan Indonesia tidak impor beras karena kebutuhan maupun cadangan beras dalam negeri telah tercukupi.

Ma'ruf mengatakan Pemerintah saat ini melakukan impor beras untuk cadangan.

“Sudah [tiga] tahun kita tidak impor kan? Ya, sekarang pun sebenarnya cukup, cuma [kalau akan impor] untuk cadangan, jadi [misalnya] ada impor itu untuk cadangan,” pungkas Ma'ruf.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas