Rusia Batasi Ekspor Gas, Perusahaan Jerman Beralih Gunakan Heating Oil
Kelheim Fibers mencari bahan bakar alternatif untuk menjaga agar pabriknya tetap beroperasi sejak ekspor gas Rusia ke Jerman terganggu sejak Juli lalu
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, KELHEIM - Produsen serat viscose asal Jerman, Kelheim Fibers, mulai mencari bahan bakar alternatif untuk menjaga agar pabriknya tetap beroperasi sejak ekspor gas Rusia ke Jerman terganggu sejak Juli lalu.
Akibatnya, perusahaan yang memproduksi serat viscose untuk digunakan dalam pembuatan teh celup dan tampon ini menggunakan heating oil sebagai pengganti gas mulai pertengahan Januari.
Dampak negatif penggunaan heating oil adalah dapat meningkatkan emisi karbon, sehingga untuk jangka panjang perusahaan mempertimbangkan untuk beralih ke hidrogen, yang merupakan sumber energi yang jauh lebih bersih asalkan diproduksi menggunakan tenaga terbarukan.
"Kami ingin menjadi salah satu perusahaan besar pertama di Bavaria yang beralih ke hidrogen," kata direktur pelaksana Kelheim Fibers, Craig Barker, yang dikutip dari Reuters.
Biaya energi mencapai lebih dari 60 persen sampai 70 persen dari biaya variabel perusahaan, menyalip biaya bahan baku utamanya, kata Barker.
Kelheim Fibers adalah salah satu dari banyak perusahaan kecil dan menengah yang membentuk tulang punggung perekonomian Jerman, yang sedang berusaha untuk mendiversifikasi bauran energi mereka untuk mempertahankan output perusahaan.
Pengurangan pasokan gas Rusia ke Jerman setelah invasi Moskow ke Ukraina pada Februari, telah memaksa Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, mengaktifkan kembali atau memperpanjang umur pembangkit listrik tenaga batu bara, suatu keputusan yang dapat menempatkan target emisi rumah kaca dalam bahaya.
Baca juga: Ekspor Gas Rusia ke Eropa Dibatasi, Penjualan Gazprom Susut 46 Persen
Namun, ekonom di lembaga penelitian Ifo Klaus Wohlrabe mengatakan krisis energi pada akhirnya dapat mengarah pada produksi energi yang lebih hijau.
"Mengandalkan bahan bakar fosil untuk jangka panjang ... telah terbukti menjadi jalan yang berisiko. Jadi, setidaknya dalam jangka menengah, perusahaan tidak punya pilihan selain melakukan reorientasi diri," kata Wohlrabe.
Kelheim, yang sejauh ini memenuhi 85 persen kebutuhan energinya dengan gas, sedang dalam pembicaraan mengenai impor hidrogen dengan perkiraan konsumsi tahunan sekitar 30.000 ton mulai 2025, ungkap Barker.
Baca juga: Turki Inginkan Diskon Besar Lebih dari 25 Persen untuk Gas Rusia
"Kami benar-benar membutuhkan infrastruktur," katanya, seraya menambahkan bahwa pipa akan dibutuhkan untuk terhubung ke kilang Bayernoil Jerman dan pelabuhan untuk menutupi permintaan yang tidak dapat dipenuhi perusahaan dari hidrogen yang diproduksi Jerman.
Awal bulan ini, Kementerian Urusan Ekonomi Jerman menyetujui pembangunan jaringan pipa hidrogen pertama di negara itu. Kementerian tersebut juga mengumumkan rencana untuk mendukung perusahaan kecil dan menengah saat mereka beralih ke bahan bakar karbon netral, termasuk memperluas infrastruktur hidrogen.
Sementara itu, asosiasi industri energi dan air Jerman BDEW pada awal bulan ini mengatakan, lebih banyak langkah diperlukan untuk mempercepat investasi dalam hidrogen, termasuk Undang-Undang Hidrogen guna memotong birokrasi dan mengatur peningkatan hidrogen dengan cepat.
"2023 harus memberikan dorongan baru untuk investasi dalam energi terbarukan, hidrogen, pembangkit listrik berbahan bakar gas berkemampuan hidrogen, dan jaringan energi," kata presiden BDEW, Kerstin Andreae.