Ekonomi Singapura Naik 3,8 Persen di 2022, PM Lee Ingatkan Tahun Ini Kondisinya Tak Menentu
Pernyataan dari MTI tersebut sedikit di atas ekspektasi resmi untuk produk domestik bruto (PDB) negara itu yakni sekitar 3,5 persen pada 2022.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) Singapura pada Selasa (3/1/2023) mengatakan bahwa aktivitas perekonomian Singapura mengalami pertumbuhan sebesar 3,8 persen sepanjang 2022, melambat dari pertumbuhan 7,6 persen dari tahun sebelumnya.
Pernyataan dari MTI tersebut sedikit di atas ekspektasi resmi untuk produk domestik bruto (PDB) negara itu yakni sekitar 3,5 persen pada 2022.
“Untuk kuartal terakhir 2022, ekonomi Singapura tumbuh sebesar 2,2 persen tahun ke tahun, melambat dari pertumbuhan 4,2 persen pada kuartal III 2022,” kata MTI, melansir Channel News Asia.
Baca juga: 37 Perawat Indonesia Diterima Bekerja di Rumah Sakit Pemerintah Singapura
“Semua sektor, kecuali manufaktur, tumbuh secara tahunan di kuartal IV 2022,” imbuhnya.
Sektor manufaktur, yang menyumbang sekitar seperlima dari ekonomi Singapura, mengalami kontraksi sebesar 3 persen tahun ke tahun pada kuartal IV 2022, pembalikan dari pertumbuhan 1,4 persen dalam tiga bulan sebelumnya.
“Hal ini disebabkan kontraksi output di klaster manufaktur elektronik, kimia dan biomedis, yang melebihi pertumbuhan output di klaster lain seperti teknik presisi dan teknik transportasi,” kata MTI.
Sementara itu, sektor konstruksi tumbuh sebesar 10,4 persen tahun ke tahun pada kuartal IV 2022, meningkat dari pertumbuhan 7,8 persen pada kuartal sebelumnya, karena output konstruksi sektor publik dan swasta terus pulih.
“Namun, nilai tambah sektor konstruksi secara absolut tetap 19,3 persen di bawah tingkat pra-pandemi,” ujar MTI.
Di antara sektor jasa, perdagangan grosir dan eceran serta transportasi dan penyimpanan secara kolektif tumbuh sebesar 2,3 persen tahun-ke-tahun pada kuartal IV 2022, lebih lambat dari pertumbuhan 5,7 persen pada kuartal sebelumnya.
Kelompok sektor yang terdiri dari layanan informasi dan komunikasi, keuangan dan asuransi serta layanan profesional tumbuh sebesar 2,9 persen tahun ke tahun di kuartal IV 2022, melanjutkan pertumbuhan 3,6 persen di kuartal sebelumnya.
Baca juga: Ancaman Resesi 2023 Kian Nyata, Ekonom Ingatkan Bank Sentral Agar Perketat Kebijakan Makro
Di sisi lain, kelompok sektor jasa yang terdiri dari layanan akomodasi dan makanan, real estate, layanan administrasi dan dukungan serta sektor layanan lainnya mengalami pertumbuhan sebesar 8,2 persen tahun ke tahun pada kuartal IV 2022, melanjutkan pertumbuhan 9,3 persen pada kuartal sebelumnya.
“Pertumbuhan ekonomi Singapura melambat tajam selama dua bulan pertama di kuartal IV 2022 dan kami pikir pelambatan lebih lanjut kemungkinan terjadi pada kuartal mendatang,” kata Shivaan Tandon, ekonom di Capital Economics untuk negara berkembang Asia.
“Ekspor diperkirakan akan turun lebih jauh jika ekonomi global memasuki resesi pada 2023. Selain itu, kenaikan suku bunga, penurunan tabungan rumah tangga, dan inflasi yang tinggi kemungkinan akan menjadi hambatan permintaan domestik,” imbuhnya.
Dalam pesan Tahun Barunya, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa Singapura harus bersiap menghadapi ketidakpastian ekonomi global.
“Ekonomi kita akan terpengaruh. Kita harus bersiap menghadapi ketidakpastian di masa depan,” kata Lee.