Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IHSG Diperkirakan akan Menghadapi Volatilitas yang Tinggi Selama Semester I-2023

IHSG diperkirakan akan menghadapi volatilitas yang tinggi selama semester I-2023.

Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Dewi Agustina
zoom-in IHSG Diperkirakan akan Menghadapi Volatilitas yang Tinggi Selama Semester I-2023
Istimewa
RHB Sekuritas Indonesia, baru saja mengeluarkan research report terbaru terkait strategi investasi di tahun 2023 untuk seluruh investor di Indonesia. IHSG diperkirakan akan menghadapi volatilitas yang tinggi selama semester I-2023. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - RHB Sekuritas Indonesia baru saja mengeluarkan research report terbaru terkait strategi investasi di tahun 2023 untuk seluruh investor di Indonesia.

Melalui research report ini, Head of Research RHB Sekuritas Indonesia, Andrey Wijaya mengatakan bahwa IHSG diperkirakan akan menghadapi volatilitas yang tinggi selama semester I-2023.

Volatilitas adalah ukuran statistik yang digunakan untuk menunjukkan penyebaran imbal hasil sekuritas atau indeks pasar tertentu.

Biasanya, kian besar volatilitas menunjukkan kian besar risiko dari sebuah produk atau aset investasi.

Baca juga: IHSG Melesat 0,55 Persen Ke 6.888 Sementara Rupiah Anjlok Terdalam Se-Asia

Akan tetapi tetap optimistis bahwa IHSG di pengujung tahun 2023 akan positif dengan target indeks 7.450.

Menurutnya, volatilitas IHSG akan disebabkan pelemahan mata uang rupiah dan kekhawatiran akan resesi global yang masih akan menghantui di triwulan pertama 2023.

Hal senada juga diutarakan oleh Head of Institutional Equities RHB Sekuritas Indonesia, Michael Setjoadi.

Berita Rekomendasi

Menurut Michael, investor wajib memantau faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pasar, seperti ekspektasi pelambatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,1 persen YoY di 2023, potensi penurunan harga komoditas global khususnya harga batu bara.

Kemudian kenaikan inflasi yang mencapai 4,5 persen didorong oleh kenaikan harga BBM, dan kenaikan suku bunga the Fed menjadi 5,00-5,25 persen di 2023 (dari 4,25-4,50% di 2022) yang dapat melanjutkan derasnya dana asing yang keluar yang akan menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap US Dollar.

"Kami optimis IHSG dapat menguat di semester kedua 2023 seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi makro yang disebabkan oleh pulihnya tingkat konsumsi dan kenaikan upah minimum, serta pertumbuhan sektor perbankan, komoditas metal, dan konsumer," ujarnya.

"Bank tetap menjadi sektor yang paling kami sukai dan kami perkirakan akan memiliki pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari sektor lainnya, karena pertumbuhan kredit yang sehat dari segmen modal kerja, konsumer, dan investasi."

Baca juga: Dalam Sepekan Rupiah Menguat 0,16 Persen, IHSG Ikutan Naik ke 6.850

"Kenaikan marjin bunga bersih (Net Interest Margin) mungkin tidak secepat tahun lalu, namun kami memperkirakan kualitas aset akan membaik seiring dengan penurunan kredit berisiko (Loan at Risk) dan kredit macet (Non-performing Loan), serta biaya kredit (Cost of Credit) yang akan mengalami penurunan seiring dengan rasio cakupan LAR (Loan at Risk) yang mencukupi," paparnya.

Faktor penguat IHSG lainnya adalah sektor Metal Mining, terutama nikel, serta sektor pendukungnya seperti transportasi perkapalan akan diuntungkan dari pengoperasian smelter baru di akhir 2023 dan 2024.

"Kami memperkirakan konsumsi akan pulih di semester II-2023, disebabkan adanya dampak positif dari kenaikan upah, dampak inflasi yang mulai berkurang, dan daya beli masyarakat biasanya membaik menjelang tahun Pemilu. Selain itu, penurunan harga komoditas juga dapat menurunkan biaya produksi dan biaya bahan baku," tuturnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas