Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

INDEF: Indonesia Butuh Perbanyak Investasi Bidang Riset

Ekonom senior Indef Faisal Basri menyayangkan jenis investasi infrastruktur kurang memberikan dampak keberlanjutan pada pertumbuhan ekonomi RI.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in INDEF: Indonesia Butuh Perbanyak Investasi Bidang Riset
Tribunnews/Nitis
Ekonom senior INDEF Faisal Basri. Faisal Basri menyayangkan tidak ada investasi berkaitan dengan riset dan pengembangan atau research and development (R&D). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyampaikan saat ini investasi yang masuk ke Indonesia didominasi oleh bidang infrastruktur.

Ekonom senior Indef Faisal Basri menyayangkan jenis investasi infrastruktur kurang memberikan dampak keberlanjutan pada pertumbuhan ekonomi RI.

"Investasi yang masuk ini kebanyakan otot yaitu fisik berupa konstruksi dan bangunan. Bukan otak yang berupa investasi di bidang IT juga riset dan pengembangan," tutur Faisal dalam paparan Catatan Awal Tahun Indef 2023 secara virtual, Kamis (5/1/2023).

Baca juga: Hindari Praktik Oligarki, Ekonom INDEF Minta Turunkan Biaya Politik dan Ekonomi Segera

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini menjelaskan data dari Asia Productivity Organization pada tahun 2022 sebanyak 83 persen investasi ke Indonesia di bidang konstruksi dan
bangunan.

Sisanya, 10 persen investasi berupa modal untuk non IT, 4 persen investasi berkaitan dengan pembangunan transportasi, dan hanya 3 persen di bidang IT.

Faisal menyayangkan tidak ada investasi berkaitan dengan riset dan pengembangan atau research and development (R&D).

"Penanaman modal di bidang R&D sebenarnya akan memperkuat keberlanjutan pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucap Faisal.

BERITA REKOMENDASI

"Apabila R&D kita kuat maka ada kemampuan inovasi untuk membangun Indonesia yang makin berdaya saing di masa depan," tambahnya.

Faisal memandang besarnya investasi di Indonesia ternyata tidak sepenuhnya mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Baca juga: Ekonom INDEF Didin S Damanhuri: Perppu Cipta Kerja Bukti Munculnya Oligarki Ekonomi 

Artinya, investasi yang masuk tidak berkualitas dari segi pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Itu karena investasi kita hanya sekadar untuk bikin ibu kota, bangun jalur LRT, MRT, dan kereta cepat," tambah Faisal.

Isu Politik Menguat

Pada tahun 2023 ini Indonesia memasuki tahun politik di mana akan sangat mempengaruhi growth perekonomian dalam negeri.

Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengungkapkan selain menyongsong pemilu, resesi global juga diprediksi menjadi tantangan berat bagi Indonesia.

"Isu politik menguat sangat kencang dan masih akan menguat, termasuk juga berkaitan dengan visi-misi ekonomi," tutur Tauhid di kesempatan yang sama.

Baca juga: Ekonom INDEF: Indonesia Perlu Antisipasi Ancaman Resesi 2023

Tauhid melihat tahun ini akan banyak narasi untuk merespon isu-isu yang berkembang saat ini.

Menurutnya, beberapa lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini melambat.

Dia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 kemungkinan meleset dari target yang ditetapkan di atas lima persen.

"Dampaknya sekarang belum kuat ke Indonesia tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia saya kira akan ada pelemahan," imbuh Tauhid. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas