Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Wakil Ketua MPR: Bangkitkan Optimisme untuk Hadapi Ketidakpastian Perekonomian Global

Menurutnya, untuk mencapai pertumbuhan sesuai yang diperkirakan diperlukan optimisme dalam menghadapi sejumlah tantangan.

Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Wakil Ketua MPR: Bangkitkan Optimisme untuk Hadapi Ketidakpastian Perekonomian Global
Istimewa
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. Menurut Lestari, pandemi Covid 19, krisis politik di Eropa Timur dan turbulensi geopolitik global patut menjadi pelajaran dalam menata perekonomian dalam negeri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyatakan, respons atas situasi terkini melalui strategi perekonomian 2023 sangat penting.

Menurutnya, untuk mencapai pertumbuhan sesuai yang diperkirakan diperlukan optimisme dalam menghadapi sejumlah tantangan.

"Respon atas situasi terkini melalui strategi perekonomian 2023 sangat penting. Untuk mencapai pertumbuhan sesuai yang diperkirakan diperlukan optimisme dalam menghadapi sejumlah tantangan," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Prospek Ekonomi Indonesia 2023 yang digelar oleh Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (11/1/2023).

Diskusi yang dimoderatori Radityo Fajar Arianto (Dosen Universitas Pelita Harapan) menghadirkan, Agustinus Prasetyantoko (Rektor Unika Atma Jaya), David Sumual (Kepala Ekonom PT. Bank Central Asia) dan Lukman Hakim (Senior Research Analyst PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk) sebagai narasumber.

Baca juga: World Bank: Perekonomian Dunia Kian Mendekati Resesi

Selain itu hadir pula Titis Nurdiana (Wakil Pemimpin Redaksi KONTAN) dan Diyah Putriani, (Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM) sebagai penanggap.

Menurut Lestari, pandemi Covid 19, krisis politik di Eropa Timur dan turbulensi geopolitik global patut menjadi pelajaran dalam menata perekonomian dalam negeri.

Sinergi multisektor, ujar Rerie sapaan akrab Lestari, patut  diperkuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2023.

BERITA REKOMENDASI

Menurut Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, berdasarkan catatan Bank Indonesia perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 berkisar 4,5 persen-5,3% dengan prasyarat dukungan tingkat konsumsi masyarakat, berlanjutnya dukungan fiskal  pemerintah, investasi, hingga kinerja ekspor yang tumbuh.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berpendapat diperlukan optimisme dan konsistensi kerja serta kebijakan strategis untuk berbenah, meningkatkan ekonomi nasional demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Rektor Unika Atma Jaya, Agustinus Prasetyantoko  berpendapat kondisi data  analisis ekonomi dan implementasinya sangat dinamis.

Pada kondisi baru keluar dari pandemi, tambah Agustinus, inflasi tinggi dinilai otoritas moneter merupakan kondisi yang biasa.

Namun, ujarnya, ada variabel penting yang tidak diduga seperti  geopolitik yang mengakibatkan harga energi dan pangan naik drastis sehingga mengakibatkan inflasi yang lebih permanen.

Baca juga: Hasil Survei Indikator: Perekonomian Nasional Mulai Pulih


Apa pun kebijakan yang diambil, tambah Agustinus, akan mengarah pada kenaikan suku bunga yang cepat dan bernilai besar secara signifikan.

Dampaknya, ujarnya, akan terjadi koreksi pertumbuhan dengan terjadinya stagflasi dan potensi resesi, seberapa panjang dan dalamnya masih sangat dinamis.

Namun, kondisi tersebut akan lebih permanen dan ekonomi global tidak akan sama seperti sebelumnya. Rezim efesiensi akan bergeser pada upaya agar resiliensi.

Menurut Agustinus, ada beberapa hal yang akan menekan pasar likuiditas Indonesia, antara lain disebabkan nilai tukar mata uang yang cukup tinggi di kisaran Rp15.000 per dollar AS, cadangan devisa terkuras untuk tekan dinamika pasar.

Meski begitu, tegasnya, sektor perdagangan kita diuntungkan karena ada peningkatan demand komoditas.

Sejumlah upaya  seperti relokasi investasi dan hilirisasi akan mendukung perekonomian Indonesia lebih resiliensi.

Kepala Ekonom PT. Bank Central Asia, David Sumual mengungkapkan komoditas akan mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Batubara, ujar David, masih jadi tumpuan pertumbuhan komoditas sepanjang 2022, neraca transaksi berjalan cukup besar berkisar 0,5%-1, 3%.

"Harga komoditas Indonesia sangat baik, tetapi hasil ekspornya belum maksimal," ujar David.

Bahkan, tambah David, akan ada aturan baru dari pemerintah yang mengatur berapa lama eksportir memarkir dolarnya di dalam negeri untuk memperkuat likuiditas di dalam negeri.

Tantangan ekonomi Tiongkok yang melambat akan mempengaruhi permintaan terhadap komoditas kita.

Baca juga: Resesi di Depan Mata, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Ekonomi Global Jadi 1,7 Persen di 2023

Meski begitu David menilai fundamental ekonomi nasional cukup baik, sehingga bila di luar negeri berpotensi terancam resesi di dalam negeri hanya terjadi perlambatan.

Pada 2023, menurut David, masih merupakan masa pemulihan ekonomi pascapandemi, sehingga wajar bila terjadi perlambatan. "Mudah-mudahan angin yang datang ke Indonesia sepoi-sepoi saja, bukan badai ekonomi," ujar David.

Senior Research Analyst PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Lukman Hakim menilai pasar saham dalam negeri masih fluktuatif.

"Cukup tertekan setelah Lebaran tahun lalu, kemudian mulai bangkit dan Indonesia diuntungkan pertumbuhan sektor batubara, sehingga dampak krisis geopolitik tidak terasa secara signifikan," ujar Lukman.

Diakui Lukman, saat ini pergerakan IHSG masih mencari arah dan diperkirakan tahun ini pasar saham sektor energi agak tertekan.

Di sisi lain, tambahnya, sektor perbankan tumbuh dengan peningkatan kredit meski ada kenaikan suku bunga dan besaran NPL yang kembali normal.

Permintaan sejumlah komoditas yang menunjukkan peningkatan, ungkap Lukman, juga akan mendorong pertumbuhan sektor logistik.

Wakil Pemimpin Redaksi KONTAN, Titis Nurdiana berharap angin yang menerpa perekonomian Indonesia hanya sepoi-sepoi saja, bukan badai.

Baca juga: Dampak Penyusutan Ekonomi, Disinflasi di China Selama Kuartal IV 2022 Pecah Rekor

"Tidak terkena dampak langsung, meski efeknya tetap ada. Sehingga potensi yang dihadapi cukup perlambatan," ujarnya.

Titis berharap, pemerintah mampu menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia baik-baik saja dengan langkah nyata. Jangan sampai, tambahnya, muncul kebijakan yang didasari atas kondisi yang tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya.  

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas