Saham Teknologi Diprediksi Memimpin Pasar karena Keberhasilan The Fed Kendalikan Inflasi
Saham-saham teknologi global diperkirakan akan menjadi pemimpin pasar, seiring dengan langkah The Fed dalam meredam lonjakan inflasi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Saham-saham teknologi global diperkirakan akan menjadi pemimpin pasar, seiring dengan langkah Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dalam meredam lonjakan inflasi.
The Fed diharapkan dapat menyelesaikan kampanye dalam melawan inflasi dan saham teknologi, kelompok yang paling menderita akibat kenaikan suku bunga, dapat segera pulih.
Melansir dari Bloomberg, prospeknya terlihat pada Jumat (6/1/2023), ketika laporan ketenagakerjaan terbaru AS menunjukkan perlambatan dalam pertumbuhan upah, yang digunakan The Fed sebagai tanda kemajuan dalam pertempuran inflasinya.
Menyusul laporan tersebut, indeks Nasdaq 100 yang padat teknologi mengalami hari terbaiknya sejak 30 November. Indeks ini memperpanjang kenaikan pada Senin (9/1/2023), naik 1,9 persen pada pukul 10:35 waktu New York.
“Bahkan kemajuan kecil dalam megacaps teknologi akan berarti. Itu akan menjadi positif, dan tidak hanya untuk investor teknologi. Ini akan mengirimkan sinyal ke indeks S&P yang lebih luas,” kata manajer portofolio di Hodges Capital Management, Gary Bradshaw.
Indeks S&P 500 kehilangan 6,7 persen antara awal Desember hingga Kamis (5/1/2023), dengan dua saham teknologi yaitu Apple Inc. dan Tesla Inc., bertanggung jawab atas sepertiga dari penurunan tersebut, yang menunjukkan betapa kuatnya cengkeraman raksasa teknologi di pasar yang lebih luas.
"Pada akhirnya, jika Fed mengendalikan inflasi, teknologi memiliki peluang untuk menjadi pemimpin pasar, tetapi Fed masih bermain setidaknya selama enam hingga delapan bulan lagi," kata kepala investasi di Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli.
Baca juga: Analis: Bursa Saham Dunia Menguat Terdorong oleh Kenaikan Suku Bunga The Fed
Namun, isu perlambatan ekonomi juga membawa risikonya sendiri. Apple telah memesan lebih sedikit komponen untuk sejumlah produknya, mengingat permintaan yang melambat, menurut laporan Nikkei pada 2 Januari.
Sementara analis perusahaan perbankan investasi UBS mempertanyakan prospek pertumbuhan bisnis cloud-computing milik Microsoft Corp., sedangkan Tesla bergulat dengan penurunan penjualan di China.
Musim laporan pendapatan yang akan datang mungkin mengubah sentimen, tetapi sejauh ini masih terlihat suram.
Baca juga: Alan Greenspan: AS Tak Bisa Hindari Resesi Jika The Fed Terus Ambil Langkah Hawkish
Perusahaan-perusahaan di S&P 500 diperkirakan mencatat penurunan laba 2,7 persen pada kuartal keempat 2022, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Intelligence.
"Investor berurusan dengan ketidakpastian seputar inflasi, atau mereka berurusan dengan kecemasan tentang pertumbuhan, dan dalam kedua kasus itu adalah situasi kalah-kalah untuk megacaps teknologi," kata Zaccarelli.
Raksasa teknologi mendorong kenaikan pasar saham selama sebagian besar perdagangan dalam dekade terakhir. Mereka juga mendominasi selama pandemi Covid-19, ketika investor merambah ke segala sesuatu yang bersifat digital.
Baca juga: Bursa Wall Street Kembali Catatkan Penurunan Imbas Sikap Hawkish The Fed
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.