Dukung Penerapan SDGs, ASDP Terapkan Penggunaan Reverse Vending Machine di Pelabuhan
Setiap individu masyarakat bisa turut serta menjaga lingkungan dengan menabung botol plastik yang telah dipakai dengan menggunakan mesin RVM.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) gencar mendorong pengurangan sampah plastik di laut, melalui penggunaan mesin Reverse Vending Machine (RVM) untuk botol plastik di sejumlah kantor dan pelabuhan.
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin mengatakan, ASDP melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berkomitmen dalam upaya pengurangan sampah atau limbah plastik dari masyarakat yang banyak berakhir di laut.
Kata dia, sebaran sampah tersebut berpotensi merusak kelangsungan hidup biota laut di seluruh perairan Indonesia. Shelvy berujar, program penggunaan RVM itu bekerja sama dengan aplikasi PlastikPay.
Baca juga: Tingkatkan Efisiensi Angkutan Logistik, ASDP Hadirkan Layanan Penyeberangan Jarak Jauh
"Program ini juga sekaligus mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Nomor 12, 13 dan 14 tentang Lingkungan dan Penggunaan Plastik," kata Shelvy dalam keterangannya, dikutip Selasa (24/1/2023).
Shelvy mengatakan, setiap individu masyarakat bisa turut serta menjaga lingkungan dengan menabung botol plastik yang telah dipakai dengan menggunakan mesin RVM.
Adapun mesin RVM tersebut sudah tersambung dengan aplikasi PlastikPay. Kata Shelvy, nantinya masyarakat bisa mendapatkan uang hasil tabungan botol-botol tersebut melalui aplikasi PlastikPay.
"Setiap orang yang memasukkan botolnya akan mendapatkan poin di aplikasi PlastikPay, yang kemudian bisa dikumpulkan dan bisa ditukarkan dengan uang digital," ujar Shelvy.
Lebih lanjut, Shelvy menegaskan, saat ini lokasi RVM ASDP berada di tiga titik yakni dua di Jakarta dan satu berlokasi di Merak, Banten. Selain RVM, tambah Shelvy, ASDP juga menempatkan dropbox manual sebanyak empat titik yang berlokasi di Jabodatabek dan Merak.
"Ke depan, kami akan tambah lebih banyak lagi lokasi baik untuk RVM maupun dropbox, sehingga lebih banyak lagi masyarakat yang memanfaatkannya dan turut membantu menjaga dan melestarikan lingkungan," tegasnya.
Shelvy mengatakan, mengusung tema 'Save Our Ocean', ASDP berharap kehidupan bawah laut tidak terganggu dengan sampah plastik, yang digunakan secara tidak bertanggung jawab oleh manusia.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2020, wilayah lautan Indonesia sudah tercemar sebanyak 1,7 Kg sampah per meter persegi (Kg/m2). Dengan total luas lautan Indonesia 3,25 juta km² maka diperkirakan jumlah sampah di laut Nusantara mencapai 5,75 juta ton.
Adapun jenis sampah yang paling banyak ditemukan adalah sampah plastik, dengan bobot seberat 627,80 gr/m² atau memiliki proporsi 35,4 persen dari total sampah di laut Indonesia pada 2020.
Selain didominasi sampah plastik, sampah yang berada di laut adalah kaca, keramik, logam, kayu, karet, busa plastik, kertas, kardus, dan lainnya.