Dirut PNM: Tugas Kami Bawa Manfaat Bagi Kelompok Terpinggir
Dirut PNM Arief Mulyadi menceritakan pandemi Covid-19 menjadi tantangan untuk membantu kelompok terpinggir.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Rupanya itu menjadi kunci kemudahan bagi kami juga melakukan peneterasi menumbuhkan jumlah nasabah kami sampai saat ini.
Bisa diceritakan progres PNM hingga sekarang memiliki 16,9 juta nasabah?
Ini kan bukan hasil kerja Arief Mulyadi. Kami punya keluarga besar PNM sebanyak 67 ribu karyawan di seluruh Indonesia.
Ada 59 ribu usianya di bawah 25 tahun. Dan 29 ribu lebih usianya di bawah 20 tahun. Saya jadi bapak nggak direktur utama di PNM.
Jadi kunci sukses PNM ini karena keterlibatan anak-anak muda?
Saya prediksi itu, kami banyak didukung oleh gen z. Satu lagi dari 59 ribu karyawan mungkin 98 persen memang kita ambil dari keluarga yang ekonominya tidak terlalu baik.
Kami ambil dari putra putri lokal yang lulusan SMA bahkan kadang-kadang yang akreditasinya cukup terdengar.
Ini jadi strategi kami sebab yang kami layani adalah para ibu pra sejahtera dan para ibu yang masih belum bisa baca tulis serta rumahnya masih sederhana.
Baca juga: Hingga Oktober 2022, PNM Sudah Salurkan Pembiayaan Rp148,6 triliun ke Nasabah
Minimal seminggu sekali para pendamping kami atau Account Officer bertemu. Ada komunikasi gesture yang menjadi perhatian sebaliknya karyawan yang kami rekrut ini mereka mimpi saja nggak berani kuliah di kampus negeri hingga kerja di sektor formal seperti BUMN.
Kami juga mendorong AO untuk saatnya membantu keluarga agar memiliki kehidupan yang lebih baik.
Konon saya mendengar jumlah nasabah PNM meningkat faktor pandemi Covid-19, bisa diceritakan?
Pertama ini tuntutan buat kami disaat pandemi sektor formal tutup kami harus turun lebih agresif membantu. Kebetulan pemimpin nasional kita Presiden Joko Widodo cukup intens turun minimal dua minggu sekali.
Salah satu bentuk dukungan beliau adalah memberikan bantuan presiden untuk usaha mikro (BPUM). Itu lebih dari 4 juta nasabah kami dapat bantuan.
Kalau sering-sering dihubungi bapak Presiden apa tidak ada rasa tertekan?