Impor Sudah, Operasi Pasar Sudah, Tapi Kok Harga Beras Nggak Turun-turun Ya
Pemerintah telah melakukan impor beras dan disambung dengan operasi pasar untuk mengendalikan harga beras.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah telah melakukan impor beras dan disambung dengan operasi pasar untuk mengendalikan harga beras.
Namun, hingga saat ini harga beras masih saja terbilang tinggi.
Di beberapa daerah harga beras mencapai Rp 12.000 per kilogram (kg).
Baca juga: Pedagang Pasar: Harga Beras Tinggi Karena Kesalahan Bulog
Berdasar Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP Kemendag) harga beras medium lebih dari Rp 12.000/kg pada Senin (6/2/2023).
Beberapa diantaranya adalah Sumatera Barat: Rp.14.083/kg, Yogyakarta Rp 12.083/kg, Kalimantan Utara Rp 13.000/kg, dan Kalimantan Selatan:Rp 13.697/kg.
Padahal, pemerintah sudah membuka keran impor hingga melakukan operasi pasar. Mengapa harga beras masih tinggi, bahkan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET)? Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, kenaikan harga beras terjadi karena beras yang dipasok oleh Bulog ke pasar tradisional adalah beras dengan kualitas premium atau maksimum butir patah 15 persen.
Zulhas bilang, harga beras Bulog yang dijual oleh pedagang adalah di atas Rp 10.000 per kg. Padahal, Bulog melepas beras ke pedagang seharga Rp 8.300 per kg. Seharusnya pedagang menjual beras ini Rp 9.540 per kg.
"Jadi beras yang dikeluarkan Bulog itu kan harganya Rp 8.300 per kg, harusnya sampai ke pasar itu Rp 9.540 per kg.
Ada keuntungan yang di tengah sama pengecer, tapi kadang-kadang diambil besar, karena berasnya bagus, dijual premium," kata Zulhas, seperti diberitakan Kompas.com Minggu (5/2/2023).
Baca juga: Harga Beras di Pasar Palmerah Mengalami Lonjakan, Kenaikannya hingga Rp 2.000 Per Liter
Mengutip situs Kemendag, harga beras Premium di DKI Jakarta saat ini dibandrol Rp 12.453 per kg, di Jawa Barat Rp 12.921 per kg, dan di Jawa Tengah Rp 13.056 per kg.
Sementara itu, di Sumatera Barat harga beras Premium mencapai Rp 16.375 per kg. Sementara itu, harga beras Medium dibanderol seharga 11.444 per kg di DKI Jakarta, Rp 10.840 per kg di Jawa Barat, dan Rp 10.984 per kg di Jawa Tengah.
Adapun harga beras medium tertinggi di Sumatera Barat yakni Rp 14.542 per kg.
Untuk mengatasi harga beras yang masih tinggi, Zulhas mengatakan pihaknya tengah melakukan kordinasi dengan Bulog untuk memasok beras ke pedagang tanpa perantara.
Hal ini diyakini bisa menekan harga beras, sekaligus memotong rantai pasok dalam penyaluran beras, hingga ke tangan konsumen.
Baca juga: Jokowi Soroti Kenaikan Harga Beras, Buwas Heran Sudah Intervensi Tapi Masih Mahal, Duga Ada Mafia
"Pak Presiden, memerintahkan untuk menggelontorkan beras besar-besaran, agar tidak ada perantara lagi," lanjut Zulhas.
Sementara Direktur Perum Bulog Budi Waseso menuding ada oknum yang menjual beras Bulog kepada pedagang dengan harga mahal.
Pria yang kerap disapa Buwas ini mengatakan, oknum tersebut disinyalir adalah pedagang beras atau pegawai Bulog, yang dengan sengaja menghalangi pedagang mengambil langsung dari Bulog.
Menurut dia, pihaknya menjual beras seharga Rp 8.300 per kg, sehingga harga yang harus dijual pedagang adalah Rp 9.400 per kg.
Namun sebut dia, selama ini para pedagang terhalangi mendapatkan beras langsung dari Bulog, sehingga harga yang diperoleh pedagang di atas Rp 8.300 per kg.
Baca juga: Ikuti Perintah Jokowi, Bulog Masifkan Program Operasi Pasar untuk Menekan Harga Beras
Buwas beranggapan bahwa kenaikan harga beras karena oknum yang ingin mengambil untung dari beras impor.
Sementara dari sisi pedagang, menilai kenaikan harga beras karena Bulog belum menyalurkan cadangan impornya.
"Sebenarnya saya sudah menerima laporan intelijen terkait hal ini, Inilah pentingnya menelusuri doenline beras impor untuk memastikan konsumen dikenakan HET untuk beras medium. Komitmen pedagang dalam hal ini menjadi penting," kata Buwas di Cipinang akhir pekan lalu.
Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (DPP IKAPPI) mengatakan harga beras masih stabil di posisi tinggi.
Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan menyebut kenaikan harga ini bermula dari kesalahan Bulog yang tidak melakukan penyerapan di awal 2022.
"Ini sekarang menjadi masalah sehingga akan mempengaruhi harga di pasar walaupun sudah ada impor. Proses berkurangnya beras di pasaran juga jadi persoalan tersendiri," katanya dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Jumat (3/2/2023).
Reynaldi mengatakan harga beras sudah dua bulan lebih mengalami kenaikan di atas harga eceran tertinggi (HET).
"Tajamnya itu di dua bulan terakhir sehingga pemerintah memutuskan melakukan impor," ujarnya.
Ia menyebut harga beras akan tetap di atas HET hingga panen raya terjadi. Dampak dari kenaikan ini dapat membuat pedagang kesulitan.
"Apalagi ada tambahan beras impor. Itu juga menjadi kendala," katanya.
Reynaldi pun meminta BULOG sebagai BUMN yang ditugasi mengurusi persoalan beras harus secara sungguh-sungguh menyelesaikan permasalan ini agar segera teratasi.
Baca juga: BPS Sebut Mahalnya Harga Beras Bikin Inflasi Januari 2023 Mencapai 5,28 Persen
"Tetapi, memang faktanya Bulog tidak bisa menyelesaikan persoalan beras dengan baik. Penyerapannya tidak maksimal sehingga harganya relatif tinggi," ujarnya.
Ia meminta Bulog fokus terhadap urusan beras. "Fokus saja soal beras. Tidak usah urusi yang lain," kata Reynaldi.
Meski demikian, ia tetap mengapresiasi langkah Bulog melakukan operasi pengendalian harga dalam rangka mencegah harga melambung tinggi dan memastikan keberadaan stok di pasar.
"Kami berharap Bulog dapat melaksanakan tugasnya melakukan penyerapan terhadap beras petani di panen raya bulan depan," ujar Reynaldi. (Tribunnews.com/Kompas.com)