Dirut BRI: NIM Bukan Faktor Utama Pengaruhi Kinerja Laba
Net Interest Margin (NIM) atau pendapatan bunga perseroan tidak menjadi yang utama dalam memengaruhi laba bersih.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur Utama (Dirut) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Sunarso membeberkan apa saja yang menjadi faktor penentu dan pendukung utama pencapaian laba bersih perseroan hingga meningkat 67,15 persen menjadi Rp 51,4 triliun sepanjang 2022.
Berdasarkan data yang dimiliki, Net Interest Margin (NIM) atau pendapatan bunga perseroan tidak menjadi yang utama dalam memengaruhi laba bersih.
"Pendapatan bunga, khususnya besarnya NIM ternyata bukan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja, khususnya pencapaian laba. Karena apa? di samping efisiensi yang dilakukan, berdasarkan data historis BRI tidak ditemui korelasi positif antara besarnya NIM dengan pencapaian laba BRI," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (8/2/2023).
Baca juga: Tuntas Buyback Rp.3 triliun, BRI Tambah Lagi Rp.1,5 Triliun
Namun, menurutnya faktor utama yang memengaruhi laba bersih BRI adalah pertumbuhan volume kredit dan juga peningkatan jumlah nasabah yang dilayani, terutama mikro.
Kemudian berdasarkan data yang ada, NIM perseroan tercatat pernah berada di level 10,18 persen pada 2008 dan terus menurun hingga sekarang.
"Mari kita tunjukan dari data historis, NIM BRI bank only, tentunya kita tidak menghitung grup ya karena yang ada NIM-nya kan hanya bank. Jadi, data NIM BRI bank only pada tahun 2008 itu 10,18 persen, pada saat itu laba BRI hanya Rp 5,96 triliun," kata Sunarso.
Pada saat itu, lanjutnya, perseroan mencatat jumlah nasabah pinjaman hanya sekira 5 juta dan volume kredit hanya senilai Rp 161 triliun.
Selanjutnya pada 2022, laba BRI bank only atau bukan secara konsolidasi meningkat pesat menjadi Rp 47,83 triliun, padahal NIM-nya sudah turun 33 persen dibandingkan pada 2008.
"Kalau begitu, peningkatan ini disebabkan oleh apa sebenarnya? Ternyata peningkatan laba BRI tahun 2022 tersebut lebih disebabkan oleh pertumbuhan jumlah nasabah mikro yang telah naik lebih dari tiga kali lipat menjadi lebih dari 15 juta nasabah mikro," tutur Sunarso.
Baca juga: Hadapi Tantangan 2023, Bank Mandiri Sinergi dengan BPD Perkuat Industri Perbankan Tanah Air
Demikian halnya volume kredit perseroan tumbuh lebih dari 6 kali lipat menjadi Rp 1.029,8 triliun jika dibandingkan dengan posisi 2008.
"Jadi, jelas pendorong utama laba BRI adalah semakin banyaknya usaha mikro yang bisa dilayani, naik lebih dari 3 kali lipat dibandingkan tahun 2008, di mana nasabah mikronya BRI saja lho bukan grup. BRI saja, nasabah mikronya itu dulu 5 juta, sekarang sudah lebih dari 15 juta, dan kreditnya sendiri juga naik dari Rp 161 triliun menjadi Rp 1.029 triliun," pungkasnya.