350 Ton Beras Dioplos Tujuh Oknum di Banten Untuk Diselundupkan ke Luar Negeri
Adapun modus yang dilakukan tujuh tersangka, repacking beras Bulog menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog - beras lokal
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, merespon penindakan Satgas Pangan Polda Banten terkait penyalahgunaan dan pengoplosan beras Bulog sebesar 350 ton.
Arief mengatakan, Bapanas mendukung pengawasan dilakukan lebih masif untuk memastikan agar beras untuk Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) benar-benar dapat dijangkau masyarakat dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Berkali-kali sudah kita tegaskan bahwa beras yang digelontorkan Bulog ke pasar tersebut tujuannya untuk stabilisasi pasokan dan harga di tingkat konsumen," kata Arief dalam keterangannya, Sabtu (11/2/2023).
Baca juga: Menyangkut Keberlangsungan Hidup Masyarakat, Buwas Minta Pelaku Pengoplos Beras Bulog Dihukum Berat
"Harganya sudah kita patok dengan jelas, untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Sulawesi harga di gudang Bulog Rp 8.300 per kg, di Pasar induk atau pasar besar Rp 8.900 per kg, dan di pasar kecil atau pedagang lainnya Rp 9.450 per kg," lanjutnya.
Lebih lanjut, Arief menyampaikan, jika ditemukan ada pihak yang sengaja mengambil keuntungan dari pendistribusian beras Bulog dengan menjual beras di atas HET maka itu sudah masuk ranah pelanggaran hukum.
"Distributor atau pedagang yang menjual beras Bulog diluar ketentuan harga tersebut masuk ke dalam pelanggaran hukum. Apa yang dilakukan teman-teman Satgas Pangan dengan melakukan penangkapan saya kira sudah tepat agar memberikan efek jera," tuturnya.
Kata dia, Bapanas melalui Bulog saat ini terus melakukan pendistribusian beras suapaya harga beras turun. Namun penyelewengan ini justru mengakibatkan apa yang telah dikerjakan jadi terhambat.
"Untuk menekan agar harga beras bisa turun, saat ini yang terpenting adalah eksekusi dan pengawasan SPHP di lapangan. Karena langkah-langkah strategis untuk menstabilkan harga beras sudah dan terus kita lakukan. Kita dukung Satgas Pangan semakin masif melakukan pengawasan," ungkap Arief.
Untuk diketahui, Satgas Pangan Polda Banten mengungkap penyelewengan 350 ton beras Bulog baik yang sudah direpacking maupun yang belum dari sejumlah oknum.
Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto mengatakan, terdapat tujuh tersangka dengan inisial HS (36), TL (39), AN (58), BA (31), FA (42), HA (66) dan ID (30). Mereka berasal dari Lebak, Serang, Cilegon, dan Pandeglang.
Baca juga: Menyangkut Keberlangsungan Hidup Masyarakat, Buwas Minta Pelaku Pengoplos Beras Bulog Dihukum Berat
Adapun modus yang dilakukan tujuh tersangka itu ialah, repacking beras Bulog menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog dengan beras lokal, menjual beras diatas harga HET.
Memanipulasi DO dari distributor maupun mitra Bulog dan, masuk ke tempat penggilingan padi seolah-olah merek sendiri dan memonopoli sistem dagang.
"Kami menurunkan satgas pangan yang langsung bergerak cepat dengan mengungkap kasus tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan cara mengemas ulang beras Bulog menjadi kemasan merek lain," kata Didik.
Diselundupkan ke Timor Timur
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) menyatakan, 350 ton beras hasil penyelidikan Satgas Pangan Polda Banten terindikasi bakal disalurkan ke luar negeri.
"Beras itu dijual dengan harga yang sangat mahal, ada indikasi bahwa beras ini akan disalurkan ke Timur Leste," kata Budi Waseso pada konferensi pers di Polda Banten, Jum'at (10/2/2023).
Menurut Buwas, oknum-oknum pelaku penyelewengan beras premium Bulog ini justru memanfaatkan untuk mengambil keuntungan.
Baca juga: Dugaan Mafia Beras Terbukti, Tujuh Tersangka Ditangkap, Buwas Yakin Polisi akan Ungkap Dalangnya
Padahal, kata dia, pemerintah saat ini gencar melakukan operasi pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menstabilkan harga beras.
"Indikasinya, berati negara ini berusaha memenuhi kebutuhan masyarakatnya tapi ada oknum yang memanfaatkan. Oknum pengusaha. Yakni akan dikeluarkan ke luar negeri," paparnya.
Buwas mengatakan, dirinya menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian terkait kasus tersebut sampai terungkap permasalahan dari akarnya.
"Biarkan nanti didalami oleh pihak kepolisian. Saya hanya menyampaikan permasalaham ini dengan pembuktian. Bahwa apa yang saya sampaikan ini terbukti adanya. Jadi ini akan mengurut, sama kepolisian pasti saya yakin diurut kepolisian. Sampai nanti sumbernya dari mana," tegasnya.
Untuk diketahui, Satgas Pangan Polda Banten mengungkap penyelewengan 350 ton beras Bulog baik yang sudah direpacking maupun yang belum dari sejumlah oknum.
Mereka berasal dari Lebak, Serang, Cilegon, dan Pandeglang.
Adapun modus yang dilakukan tujuh tersangka itu ialah, epacking beras Bulog menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog dengan beras lokal, menjual beras diatas harga HET, memanipulasi DO dari distributor maupun mitra Bulog dan, masuk ke tempat penggilingan padi seolah-olah merek sendiri dan memonopoli sistem dagang.
Baca juga: Bulog Pastikan Cadangan Beras Pemerintah Aman Sampai Hari Raya Idul Fitri 2023
"Kami menurunkan satgas pangan yang langsung bergerak cepat dengan mengungkap kasus tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan cara mengemas ulang beras Bulog menjadi kemasan merek lain," kata Didik.
Modus Pengoplosan
Di sisi lain, Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto menyampaikan bahwa ada enam modus yang dilakukan oleh tersangka.
Modus itu di antaranya, repacking beras BULOG menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog dengan beras lokal, menjual beras diatas harga HET.
Kemudian, memanipulasi DO dari distributor maupun mitra Bulog dan, masuk ke tempat penggilingan padi seolah-olah merek sendiri dan memonopoli sistem dagang.
"Kami menurunkan satgas pangan yang langsung bergerak cepat dengan mengungkap kasus tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan cara mengemas ulang beras BULOG menjadi kemasan merek lain", kata Didik.
Terakhir, Didik mengatakan, dalam perkara yang diungkap satgas pangan Polda Banten ini juga dipamerkan barang bukti sebanyak 350 ton beras Bulog yang berhasil ditangkap baik yang sudah direpacking maupun yang belum.
Baca juga: Pedagang Pasar: Harga Beras Tinggi Karena Kesalahan Bulog
Naluri Mantan Polisi
Buwas menyatakan, naluri sebagai mantan polisi membuatnya mampu mengungkap pelanggaran yang terjadi menyoal beras Bulog.
Buwas mengatakan, dia telah menduga ada penyelewengan lantaran harga beras di pasar masih tinggi meski sudah melakukan operasi pasar secara masif.
Hal itu dia ungkapkan dalam Konferensi Pers bersama Satgas Pangan Polda Banten dan Kapolda Banten, pada Jumat (10/2/2023).
"Sebagai naluri mantan polisi pasti ada pelanggaran. Kenapa saat itu saya melakukan sidak dadakan, yang tidak direncanakan tempatnya. Sehingga saya menemukan pelanggaran-pelanggaran seperti yang persis hari ini ditemukan oleh Dirkrimsus Polda Banten," ujar dia.
Buwas menegaskan, dugaan yang menimbulkan kejahatan itu sudah dipastikan akan terungkap. Dia berujar, saat ini Polda Banten melalui Satgas Pangan berhasil mengungkap penyelewengan beras di wilayah hukum Banten.
Baca juga: Harga Beras Premiun dan Medium Kompak Naik, MinyaKita Mengikuti
Kata dia, Satgas Pangan Polda Banten juga membeberkan barang bukti sebanyak 350 ton beras Bulog yang berhasil ditangkap, baik yang sudah direpacking maupun yang belum.
"Saya waktu bicara dan alhamdulilan saya bilang kalau kejahatan pelanggaran itu akan terungkap, hari ini sudah terungkap," papar dia.
"Kalau tidak diawasi maka ini akan hilang beras ini. Tidak akan berpengaruh terhadap masalah harga, menurunkan harga. Sampai waktu masa panen diperkirakan maret maka harga akan tetap tinggi," sambungnya.
Impor Beras
Pemerintah sebelumnya menetapkan impor beras sebesar 500 ribu ton dari empat negara termasuk Vietnam.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, alasan pemerintah impor beras lantaran produksi beras nasional kian langka sejak akhir Desember 2021.
"Putusan dalam rapat kabinet, diperintahkan kepada Mendag untuk kasih impor beras cadangan di luar negeri 500 ribu ton. Masuknya kapan aja terserah bulog, diperlukan bisa," kata Zulkifli Hasan usai menghadiri acara Harbolnas di Kementerian Perdagangan, dikutip Selasa (24/1/2023).
Adapun menurut Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mencatat, saat ini sebanyak 178.000 ton beras impor sudah masuk ke gudang Bulog. Kata dia, jumlah itu didapat dari tahap pertama impor beras sebesar 200.000 ton.
"Yang sudah masuk gudang 178.000 ton. Sisanya masih belum bongkar di pelabuhan dan dalam perjalanan," ujar Budi Waseso dalam keterangan tertulis.