Saham PGE Bergerak Fluktuatif di Hari Pertama Perdagangan Pasca IPO
Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengalami fluktuasi pada perdagangan pertama setelah melantai di bursa, Jumat, 24 Februari 2023.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) mengalami fluktuasi pada perdagangan pertama setelah melantai di bursa, Jumat, 24 Februari 2023.
Kondisi tersebut menurut analis akibat ketidakyakinan para investor terhadap prospek bisnis geothermal.
Kepala Center of Food, Energy, and Sustainable Development Indef Abra Talattov mengatakan harga saham PGEO pada hari perdana perdagangannya memperlihatkan kondisi yang paradoks menyusul moncernya kinerja fundamental perseroan dianggap cukup impresif dengan pencapaian laba bersih US$ 11,4 juta per September 2022 serta pertumbuhan pendapatan 5 sampai 10 persen setiap tahun.
Namun demikian, paparnya, di balik fluktuasi harga saham PGEO yang dianggap sebagian pihak adalah mekanisme pasar biasa.
Di sisi lain dapat dibaca sebagai bentuk masih besarnya perasaan unconfident investor publik terhadap prospek pengembangan geothermal di tanah air.
“Ketidakyakinan investor PGEO tersebut sebetulnya cukup wajar mengingat memang masih tebalnya risiko dan ketidakpastian dalam pengembangan geothermal. Terlebih lagi dengan rencana penggunaan 85 persen dana hasil IPO PGEO untuk belanja modal atau capex terkait investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP eksisting,” katanya.
Persoalannya, menurut dia, meskipun PGEO mampu melakukan penambahan kapasitas terpasang dari PLTP, apakah pasokan tambahan itu secara otomatis dapat diserap oleh end user dalam hal ini adalah PLN sebagai single buyer.
Dalam kondisi pasokan listrik yang berlebihan saat ini saja, PLN sudah memberlakukan skema merit order yang berarti bahwa PLN secara alamiah akan memprioritaskan pembelian listrik dari sumber yang lebih murah.
“Sebab, penyerapan listrik dari sumber yang lebih mahal akan berimplikasi terhadap kenaikan operasional PLN atau BPP sehingga pada gilirannya akan berimbas terhadap tambahan subsidi dan kompensasi listrik.”
Baca juga: Selain Penambahan Modal, Analisis Pengamat Sebut IPO akan Bernilai Strategis Terhadap PGE
Untuk itu, pengembangan geothermal dan sumber EBT lainnya tidak akan pernah bisa dipisahkan dari aspek keekonomian, beban fiskal, dan demand listrik nasional.
“Sebetulnya belum ada urgensi bagi PGEO untuk melakukan IPO saham karena pemenuhan dana dari pasar modal bukanlah satu-satunya sumber dana yang tersedia bagi pengembangan operasional usaha,” terangnya.
Hal senada diungkap Direktur Avere Investama Teguh Hidayat menyatakan bahwa ada sentimen berlebihan dari publik terhadap IPO PGE yang ditandai dengan kelebihan permintaan (oversubscribe) pada masa penawaran.
Baca juga: Hingga 2027, PGE Siap Inves 1,6 Miliar Dolar AS di Bisnis Panas Bumi
Di sisi lain, geothermal adalah salah satu bisnis di sektor energi yang memiliki tingkat pengembalian investasi rendah dengan risiko yang sangat tinggi. Bahkan kemungkinan gagal bisa mencapai 60-75 persen.
“Maka investasi di pengembangan geothermal adalah high risk investment,” ujarnya dalam keterangannya.